KHOTBAH 36- Memperingatkan Orang Nahrawan tentang Nasib Mereka

Memperingatkan Orang Nahrawan[1] tentang Nasib Mereka


Saya peringatkan Anda bahwa Anda akan terbunuh di tikungan dari daerah rendah ini sementara Anda tidak mempunyai alasan yang jelas di hadapan Allah, dan tanpa pewenang yang terang bersama Anda. Anda telah datang dari rumah-rumah Anda dan kemudian perintah Ilahi menjaring Anda. Saya telah menasihati Anda terhadap tahkim itu tetapi, Anda menolak nasihat saya seperti lawan dan menentang, sampai saya palingkan gagasan-gagasan saya ke arah keinginan Anda. Anda adalah kelompok yang kepala-kepalanya kosong dari kecerdasan dan akal. Semoga Anda tak berayah (Laknat Allah bagi Anda). Saya tidak membiarkan Anda dalam suatu petaka dan saya tidak menghendaki kemudaratan bagi Anda. •

--------------------------------------------------------------------------------

[1] Penyebab peperangan Nahrawan adalah sebagai berikut. Setelah Tahkim (Arbitrasi), ketika Amirul Mukminin kembali ke Kufah, orang-orang yang paling menuntut diterimanya Tahkim mulai mengatakan bahwa menunjuk siapa pun selain Allah sebagai hakam (arbirator) adalah perbuatan murtad dan bahwa dengan menerima Tahkim itu Amirul Mukminin telah menjadi murtad. Akibatnya, dengan memutarbalikkan makna' "Tiada wewenang selain dari Allah", mereka meyakinkan kaum Muslim yang sederhana dan polos untuk menganut paham mereka, dan dengan memisahkan diri dari Amirul Mukminin mereka berkemah di Hantra dekat Kufah. Ketika mendengar tentang rencana persekongkolan mereka, Amirul Mukminin mengutus Sha'sha'ah ibn Suhan al-'Abdi dan Ziyad ibn an-Nadhr al-Harits menemani Ibn 'Abbas mendatangi mereka dan kemudian Armrul Mukminin sendiri ke sana dan membubarkan mereka setelah mengadakan pembicaraan.

Ketika orang-orang itu sampai ke Kufah, mereka mulai menyebarkan kabar bahwa Amirul Mukminin telah melanggar persetujuan Tahkim dan bahwa ia telah siap lagi memerangi Suriah. Ketika Amirul Mukminin mendengar ini, ia me-nyangkalinya; karena itu, orang-orang ini bangkit memberontak dan berkemah sekitar dua puluh kilo dari Baghdad di suatu daerah rendah terusan yang dinamakan Nahrawan.

Sementara itu, setelah mendengar keputusan Tahkim, Amirul Mukminin bangkit untuk memerangi pasukan Suriah dan menulis surat kepada orang Kharijt bahwa keputusan yang disepakati kedua hakam itu mengikuti nafsu hati ketimbang Al-Qur'an dan sunah, dan tak dapat diterimanya, dan bahwa karena itu ia telah memutuskan untuk memerangi mereka dan bahwa kaum KharijT harus mendukungnya untuk menentang musuh. Tetapi, orang Khariji memberikan kepadanya jawaban ini, "Ketika Anda menerima Tahkim itu, menurut pandangan kami Anda telah murtad. Apabila Anda mengakui kemurtadan Anda dan bertaubat, kami akan memikirkan hal ini dan akan memutuskan apa yang harus kami lakukan."

Dari jawabannya Amirul Mukminin mengerti bahwa pembangkangan dan kesesatan mereka sudah sangat parah. Mengharapkan sesuatu dari mereka sekarang adalah sia-sia. Karenanya, dengan mengabaikan mereka, ia berkemah di lembah Nukhailah dengan tujuan untuk maju ke Suriah. Amirul Mukminin mengatakan agar mereka meninggalkan orang Nahrawan itu sebagaimana adanya; mereka harus ke Suriah dahulu, baru kemudian membereskan orartg Nahrawan itu. Orang mengatakan bahwa mereka akan siap menaati perintahnya dengan segala daya mereka, baik ia menuju ke sini atau ke sana. Tetapi, sebelum tentara itu bergerak, berita berdatangan bahwa kaum Khariji memberontak, dan bahwa mereka telah membantai Gubernur Nahrawan, 'Abdullah ibn Khabbab ibn Aratt dan budak perempuannya serta anak dalam kendungannya, dan setelah membunuh tiga orang wanita dari Bani Tayyi' dan Umm Sinan asy-Shaudawiyyah. Amirul Mukminin mengutus Harits ibn Murrah al-'Abdi untuk menyelidikinya tetapi ia pun dibunuh oleh mereka.

Karena pemberontakan mereka sudah sampai ketingkat ini, mestilah ini dibereskan. Karenanya, tentara itu menuju ke Nahrawan. Ketika tiba di sana, Amirul Mukminin menyampaikan pesan bahwa orang-orang yang telah membunuh 'Abdullah ibn Khabbab al-Aratt dan kaum wanita yang tak berdosa supaya diserahkan untuk menerima hukuman. Mereka menjawab bahwa mereka membunuh orang-orang itu secara bersama-sama dan mereka memandang halal menumpahkan darah semua orang yang memihaknya. Sekalipun sudah demikian sikap mereka, Amirul Mukminin masih belum memulai pertempuran. la mengirim Abu Ayyub al-Anshari dengan suatu pesan damai.

Abu Ayyub berkata kepada mereka, "Barangsiapa datang ke bawah panji ini atau memisahkan diri dari pihaknya lalu pergi ke Kufah atau al-Mada'in, ia akan diampuni tanpa diperiksa. Sebagai hasilnya, Farwah ibn Naufal al-Asyja'i mengatakan bahwa ia tidak tahu mengapa mereka berperang dengan Amirul Mukminin. Dengan mengatakan ini ia berpisah bersama lima ratus orang. Begitulah, kelompok demi kelompok memisahkan diri, sebagian di antaranya bergabung dengan Amirul Mukminin. Yang tertinggal berjumlah empat ribu orang. Menurut riwayat dari Thabari, jumlah mereka 2.800. Orang-orang ini sama sekali tidak mau mendengarkan suara kebenaran dan telah siap untuk membunuh atau dibunuh.

Amirul Mukminin melarang tentaranya untuk memulai, tetapi orang-orang Khariji itu memasang anak panah, menghunus pedang dan mematahkan dan membuang sarung pedangnya. Hingga pada tahap ini pun Amirul Mukminin masih memperingatkan mereka tentang akibat buruk dari peperangan, dan khotbah ini adalah tentang peringatan dan teguran itu.

Tetapi, mereka demikian bergairah sampai meloncat menyerbu pasukan Amirul Mukmmin dengan serentak. Serangan ini begitu sengitnya sehingga tentara pejalan kaki tergoncang. Tetapi, tentara ini segera mengukuhkan posisinya sehingga serangan panah dan tombak tak dapat membubarkan mereka dari kedudukannya, lalu segera membersihkan kaum KharijJ itu sehingga, kecuali sembilan orang yang melarikan diri, semuanya tewas. Hanya delapan orang tentara Amirul Mukminin yang gugur. Pertempuran ini terjadi 9 Shafar 38 H.