KHOTBAH 121- Ketika orang-orang Khariji bersikeras menolak Tahkim, Amirul Mukminin pergi ke barisan mereka seraya berkata

Apakah Anda semua hadir di Shiffin?[1]

Mereka menjawab bahwa sebagian dari mereka ada, tetapi sebagian tidak. Amirul Mukminin berkata:

Maka berbagilah Anda dalam dua kelompok. Satu (kelompok) yang hadir di Shiffin, dan yang lain (kelompok) yang tidak hadir di sana, supaya dapat saya berbicara kepada masing-masingnya menurut yang saya anggap cocok.

Kemudian ia berbicara kepada orang-orang itu:

Berhentilah berbicara dan tenanglah untuk mendengarkan apa yang saya katakan. Palingkan hati Anda kepada saya. Barangsiapa yang kami mintai bukti, haruslah ia memberikannya menurut pengetahuannya tentang itu.

Kemudian ia bercakap-cakap lama dengan mereka, di mana ia berkata:

Ketika mereka telah mengangkat Al-Qur'an dengan cara menipu, licik, pura-pura dan mengicuh, tidakkah Anda mengatakan, "Mereka adalah saudara-saudara kita dan teman kita dalam menerima Islam. Mereka menghendaki kita berhenti bertempur dan meminta perlindungan melalui Kitab Allah Ta'ala. Pendapat kami ialah menyetujui mereka dan mengakhiri kesusahan mereka." Lalu saya katakan kepada Anda, "Dalam urusan ini bagian lahirnya adalah iman tetapi bagian dalamnya adalah permusuhan. Permulaannya adalah belas kasihan, sedang akhirnya adalah penyesalan. Karenanya, Anda harus bersiteguh pada sikap Anda, dan tetap teguh di jalan Anda. Anda harus menekankan gigi Anda (meletakkan seluruh kekuatan Anda) dalam jihad dan tak boleh mempedulikan teriakan orang yang berteriak itu.[2] Apabila ia dijawabi maka ia akan menyesatkan, tetapi apabila ia dibiarkan (tak menjawab), ia akan terhina."

Maka ketika hal tahkim ini dilakukan, saya dapati Anda menyetujuinya. Demi Allah, sekiranya saya telah menolaknya, itu bukanlah wajib bagi saya, Tidak pula Allah akan menimpakan dosanya kepada saya. Dan demi Allah, sekarang setelah saya menerimanya, saya sendiri orang yang berhak yang harus diikuti, karena sesungguhnya Al-Qur'an bersama saya. Saya tak pernah meninggalkannya sejak saya menerima persahabatannya. Kami bersama Nabi dalam pertempuran di mana orang-orang yang terbunuh adaJah ayah, anak, saudara dan saling berfamili. Walaupun demikian, setiap kesusahan dan kesukaran hanya meningkatkan iman kami, langkah kami pada jalan yang benar, dalam penyerahan kepada pemerintah (llahi) dan dalam ketabahan menanggung sakitnya luka.

Sekarang kita terpaksa harus memerangi sesama saudara kita dalam Islam karena penyelewengan, kecurangan, keraguan dan penakwilan (yang salah) telah masuk mencemari Islam. Namun, apabila kita dapati suatu jalan di mana Allah mungkin mengumpulkan kita semua dari keadaan kita yang tak tertib ini, yang dengan itu kita dapat saling mendekat dalam kebersamaan apa saja yang tertinggal di antara kita, kami akan menerimanya dan akan mengesampingkan segala sesuatu lainnya. •

--------------------------------------------------------------------------------

[1] lbn Abil Hadid menulis bahwa khotbah ini meliputi tiga bagian yang tidak padu satu sama lainnya, karena Sayid Radhi memilih beberapa bagian dari khotbah Amirul Mukminin dan tidak mencatat bagian-bagian lainnya, sehingga kesinambungan ucapan tak terpelihara. Maka, satu bagian berakhir pada "apabila ia dibiarkan tak berjawab ia akan terhina", yang lainnya pada "dan dalam ketabahan sakitnya menanggung luka", dan yang ketiga berlanjut hingga ke akhir khotbah.

[2] Rujukannya ialah kepada Mu'awiah atau 'Amr ibn "Ash.