KHOTBAH 81- Tentang Dunia dan Penduduknya

Secara bagaimana saya akan menggambarkan dunia ini, yang permulaannya adalah kesedihan dan akhirnya adalah kehancuran?[1] Perbuatan yang dilakukan di sini harus dipertanggungjawabkan sedang bagi yang haram ada hukumannya. Yang kaya di sini menghadapi bencana dan yang miskin mendapatkan kesedihan. Orang yang serakah atasnya tidak mendapatkannya. Apabila seseorang menjauh darinya maka ia maju kepadanya. Apabila seseorang melihat melaluinya, ia akan menganugerahinya pemandangan, tetapi barangsiapa menaruh matanya padanya maka ia akan membutakannya.

Sayid Radhi berkata: Apabila seorang pemikir merenungkan frasa Amirul Mukminin, waman abshara biha bashsharathu (orang yang melihat melaluinya, akan diberinya penglihatan) maka ia akan mendapatkan di dalamnya makna yang sangat menakjubkan dan arti yang menjangkau jauh, yang maksudnya sukar dinilai dan tujuannya sukar dipahami. Khususnya bila ia menggabungkannya dengan frasa Amirul Mukminin, "waman abshara ilaiha, a'mathu" (apabila seseorang menaruh matanya atasnya, ia akan membutakannya) ia akan mendapatkan perbedaan antara "abshara biha"dan "abshara laha", jelas, cerah, menakjubkan dan bercahaya.

--------------------------------------------------------------------------------

[1] “Dunia berawal dengan derita dan berakhir dengan kehancuran.” Kalimat ini mengandung kebenaran yang dikemukakan Al-Qur'an,

Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah. (QS. 90:4)

Memang, sejak dari rahim ibu yang sempit hingga ke alam semesta yang luas, perubahan-perubahan dalam kehidupan manusia tidak berakhir. Ketika mula-mula merasakan kehidupan, ia tertutup dalam penjara yang demikian sempit di mana ia tak dapat menggerakkan anggota atau pun membalikkan badannya. Ketika ia terlepas dari lingkungan yang sempit dan melangkah di dunia ini, ia harus me-lewati berbagai kesulitan yang tak terhitung jumlahnya. Mula-mula ia tak dapat bicara dengan lidahnya untuk mengungkapkan kesusahan dan kepahitannya, anggota badannya tak punya tenaga untuk memenuhi kebutuhannya. Hanya tangisan dan air mata yang dapat mengungkapkan kebutuhannya dan menyalurkan kesulitan dan kesusahannya. Setelah melewati masa ini, ketika ia memasuki tahap belajar, di mana-mana suara teguran dan penyalahan menyambutnya. Selama itu nampaknya ia ketakutan. Ketika ia terbebas dari masa penyerahan ini, ia dikerubungi kecemasan hidup berkeluarga dan nafkah, kadang-kadang pertarungan dengan musuh, kadang-kadang perjuangan dengan pasang surutnya kehidupan.

kadang-kadang serangan penyakit, dan kadang-kadang terpukul karena masalah anak-anak, sampai usia tua mendekatinya dengan isyarat kelemahan dan tak berdaya, dan akhirnya ia mcngucapkan selamat tinggal kepada dunia ini dengan rasa takut dan sedih.

Setelah Amirul Mukminin berkata tentang dunia ini, bahwa dalam perbuatan-perbuatan dunia yang halal ada masalah pertanggungjawaban dan dalam perbuatan-perbuatannya yang haram ada hukuman. Akibatnya, bahkan kegembiraan yang menyenangkan pun mengandung kepahitan. Apabila ada harta dan uang berkelimpahan di dunia ini maka manusia berada dalam badai kecemasan sehingga ia kehilangan rasa damai dalam jiwanya. Apabila kekurangan dan miskin, ia selalu merindukan kekayaan. Orang yang terpaut pada dunia ini, hawa nafsu dan keinginannya tak mengenal batas. Dunia ini sebagai pantulan bayangan. Apabila Anda lari mengejarnya maka ia pun lari menjauh, tetapi apabila Anda meninggalkannya dan melarikan diri darinya maka ia akan mengikuti Anda. Begitu pula, apabila seseorang tidak mengejar dunia ini, dunia mengejarnya. Maknanya ialah bila orang mematahkan cengkeraman keserakahan dan ketamakan, dan melepaskan diri dari hasrat-hasrat yang buruk dari dunia ini, ia pun akan mendapatkan kesenangan-kesenangan dari dunia ini dan tak akan kehilangan dunia ini. Oleh karena itu, orang yang meninjau dunia ini dari atas permukaannya dan mengambil pelajaran dari kemungkinan-kemungkinan dan kejadian-kejadiannya, dan melalui aneka ragamnya serta perubahan-perubahannya, akan mendapat pengetahuan tentang Kekuasaan Allah, Kebijakan dan Kearifan, Rahman dan Rah!m-Nya, Kepandaian dan Kemampuan-Nya memelihara, matanya akan melihat kecerlangan dan pemandangan yang sesungguhnya. Sebaliknya, orang yang semata-mata hanyut dalam aneka rona dunia ini serta perhiasannya, akan kehilangan dirinya dalam kegelapan dunia. Itulah sebabnya Allah melarang manusia memandang dunia ini seperti itu,

Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan kepada golongan-golnngan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia untuk Kami cobui mereku dengannya. Dan karunia Tuhan kamu adalah baik dan kekal. (QS. 20:131)