KHOTBAH 96- Menegur Sesama Sahabatnya

KHOTBAH 96 [1]

Menegur Sesama Sahabatnya


Walaupun Allah memberikan waktu kepada si penindas, ia tak akan luput dari tangkapan-Nya. Allah mengawasinya pada jalur perjalanannya dan pada kedudukan yang melemaskan kerongkongan.

Demi Allah yang hidupku dalam kekuasaan-Nya, orang-orang ini (Mu'awiah dan orang-orangnya) akan menguasai Anda; bukan karena mereka lebih berhak dari Anda, melainkan bergegasnya mereka menuju kepada yang salah bersama pemimpin mereka, dan kelambanan Anda tentang hak saya funtuk diikuti). Orang takut akan penindasan oleh para penguasa mereka, sementara saya takut akan penindasan oleh rakyat saya.

Saya memanggil Anda, tetapi Anda tak datang. Saya memperingatkan Anda, tetapi Anda tak mendengarkan. Saya memanggil Anda secara rahasia maupun terbuka, tetapi Anda tidak menjawab. Saya berikan kepada Anda nasihat yang tulus, tetapi Anda tidak menerimanya. Apakah Anda hadir sebagai tak hadir, dan budak sebagai tuan? Saya bacakan kepada Anda pokok-pokok kebijaksanaan, tetapi Anda berpaling darinya, dan saya nasihati Anda dengan nasihat yang menjangkau jauh, tetapi Anda menjauh darinya. Saya bangkitkan Anda untuk berjihad terhadap orang durhaka, tetapi sebelum saya mencapai akhir bicara saya, saya lihat Anda bubar seperti anak-anak Saba'.[2] Anda kembali ke tempat-tempat Anda dan saling menipu dengan nasihat Anda. Saya luruskan Anda di pagi hari, tetapi Anda kembali kepada saya di petang hari (dalam keadaan) bengkok seperti belakang busur. Si pelurus telah letih sementara yang diluruskan sudah tak dapat diperbaiki.

Wahai, orang-orang yang badannya hadir tetapi akalnya tak hadir dan keinginan-keinginanya bertebaran. Para penguasa mereka sedang dalam ujian. Pemimpin Anda menaati Allah, tetapi Anda membangkanginya; sedang pemimpin orang Suriah membangkangi Allah, tetapi mereka menaatinya. Demi Allah, saya ingin Mu'awiah bertukaran dengan saya seperti dinar dengan dirham sehingga ia mengambil dari saya sepuluh di antara Anda dan memberikan kepada saya satu dari mereka.

Wahai penduduk Kufah, saya telah mengalami dalam diri Anda tiga hal dan dua lainnya: Anda tuli walaupun Anda bertelinga, bisu walaupun bercakap, buta walaupun bermata. Anda bukan pendukung yang sebenarnya dalam pertempuran, dan bukan pula sahabat yang dapat diandalkan dalam kesedihan. Semoga tangan Anda dilumuri tanah. Wahai (manusia) yang seperti unta yang gembalanya telah menghilang, apabila mereka dikumpulkan dari satu sisi, mereka bertebaran dari sisi lain. Demi Allah, saya melihat Anda dalam khayalan saya bahwa apabila peperangn menjadi sengit dan tindakan sedang penuh gerak, Anda akan lari dari putra Abu Thalib seperti perempuan yang menjadi telanjang di depan. Sesungguhnya saya berada pada petunjuk yang jelas dari Tuhan saya dan pada jalan Nabi saya, dan saya berada pada jalan yang benar yang saya ikuti secara teratur.

Tentang Keluarga Nabi


Tengoklah anggota keluarga Nabi. Bertautlah pada arahan mereka. Ikuti langkah mereka, karena mereka tak pernah membiarkan Anda tanpa petunjuk, dan tak akan pernah melemparkan Anda ke dalam kehancuran. Apabila mereka duduk, duduklah Anda, dan apabila mereka bangkit, bangkitlah Anda. Janganlah mendahului mereka, karena dengan itu Anda akan tersesat, dan jangan ketinggalan di belakang mereka karena dengan itu Anda akan runtuh. 

Saya telah melihat para sahabat Nabi, tetapi saya tak menemukan seseorang yang menyerupai mereka. Mereka mengawali hari dengan debu di rambut dan wajah (dalam kesukaran hidup) dan melewatkan malam dalam sujud dan berdiri dalam salat. Kadang-kadang mereka letakkan fsujudkan) dahi mereka, dan kadang-kadang pipi mereka. Dengan ingatan akan kebangkitan, mereka nampak seakan berdiri di atas bara menyala. Nampak seakan di antara mata mereka ada tanda-tanda seperti lutut kambing, akibat sujud yang lama. Bilamana nama Allah disebutkan, air mata mereka mengalir deras hingga kerah baju mereka basah. Mereka gemetar karena takut akan hukuman dan harapan akan pahala, seperti pohon gemetar pada hari angin topan. •

--------------------------------------------------------------------------------

[1] Dalam suasana yang telah diciptakan setelah wafatnya Nabi SAWW, Ahlulbait tidak mendapatkan jalan kecuali tinggal terkucil, sehingga dunia tidak mengenal kualitas mereka yang sesungguhnya dan tidak mengenal ajaran-ajaran dan prcsiasi mereka. Meremehkan serta menjauhkan mereka dari wewenang telah dipandang sebagai pengabdian terbesar bagi Islam. Apabila kesalahan-kesalahan 'Utsman yang nyata-nyata tidak memberikan kesempatan kepada kaum Muslim untuk bangun dan membuka mata mereka maka lak akan ada baiat kepada Amirul Mukminin, dan para penguasa duniawi akan menempuh jalan yang sama sebagai-mana yang diikuti selama ini. Tetapi, semua orang yang dapat disebutkan namanya untuk tujuan itu tidak berani maju karena kekurangan mereka sendiri, sementara Mu'awiab duduk di ibu kotanya jauh dari pusat. Dalam keadaan ini tak ada orang selain Amirul Mukminin yang dapat dipandang. Karena itu maka mata rakyat memandang kepadanya, dan orang yang sama itu juga, yang dengan mengikuli angin telah membaiat orang lain, meloncat kepadanya unluk membaiat. Walaupun demikian, baiat itu tidak berarti bahwa mereka memandang kekhalifahannya sebagai menurut ketentuan Allah dan ia sebagai imam yang wajib dilaali, melainkan atas prinsip mereka sendiri yang dikcnal sebagai demokrasi alau prinsip musyawarah. Namun, ada satu kelompok yang membaiat kepadanya sebagai kewajiban agama dan memandang kekhalifahannya sebagai ketentuaan Allah. Sebaliknya, mayoritas memandangnya sebagai pemerintah sebagaimana para khalifah lainnya, dan mengingat hal-hal terdahulu, memandangnya pada tahap orang biasa setelah tiga khalifah itu. Karena rakyat, tcnlara dan pcgawai sipil tclah mendapatkan kesan dari kepercayaan-kepercayaan dan perbuatan para khalifah sebelumnya, dan tenggelam dalam cara-cara mereka. Kapan saja mereka mendapatkan sesuatu yang bertentangan dengan kesukaan mereka maka mereka mengoceh dan memberungut, mengelak dari peperangan dan siap untuk bangkit dalam pambangkangan dan pemberontakan. Selanjutnya, sebagaimana orang-orang yang dahulu berjuang dalam jihad bersama Nabi, ada beberapa orang pencari duniawi dan yang lainnya pencari akhirat, di sini pun tidak kurang manusia duniawi. yang pada lahirnya bersama Amirul Mukminin. tetapi sesungguhnya mereka mempunyai hubungan dengan Mu'awiah, yang telah menjanjikan kepada sebagian dari mereka kedudukan dan telah mengulurkan kepada yang lainnya godaan harta. Menganggap mereka sebagai para syi'ah (pengikut) Aniirul Mukminin dan menyalahkan Syi'ah karena alasan ini sama halnya dengan menutup mata lerhadap kenyataan, karena kepercayaan orang-orang ini sama dengan orang-orang yang memandang Amirul Mukminin sebagai yang keempat dalam rangkaian ini. Ibn Abil Hadid menyoroti kepercayaan orang-orang ini dalam kata-kata yang jelas,

"Barangsiapa mengamati dengan teliti peristiwa-perisliwa di masa kekhalitahan Amirul Mukminin, la akan mengetahui bahwa Airurul Mukminin tclah dihentikan karena orang-orang yang mengetahui kedudukannya yang scsungguhnya sangatlah sedikit, dan mayorilas yang mengerumun tidak mengandung kcpercayan tcntang dia sebagaimana yang diwajibkan. Mereka mengutamakan para khalifah sebelumnya atas dia dan berpegangan bahwa lolak ukur keutamaan adalah kekhalifahan, dan dengan cara ini orang-orang yang dalang kemudian mengikuti para pendahulu itu dan berhujah apabila para pcndahulu itu lidak mengetahui bahwa para khalifah sebelumnya ilumempunyai ke-lebihan atas Amirul Mukminin maka mereka tidak akan memilihnya ketimbang 'Ali. Malah orang-orang itu mengenal dan menganggap Amirul Mukminin hanya sebagai warga dan rakyat biasa. Kebanyakan dari orang-orang yang berjuang bersamanya berbuat dcmikian atas dasar prestise atau sikap partisan orang Arab, bukan atas dasar agama atau kcunanan." (Syarh Nahjul Balaghah, VII. h. 72)

[2] Keturunan Saba' ibn Yasyjub ibn Ya'rub ibn Qahthan dikenal sebagai suku Saba'. Ketika orang-orang ini mulai mendustakan nabi-nabi kemudian meng-goncangkan mereka, Allah mengirim banjir kepada mereka sehingga kebun-kebun mereka tenggelam dalam air dan mereka meningalkan rumah dan harta mereka untuk berdiam di berbagai kota. Peribahasa ini timbul dari peristiwa itu, dan sekarang dikenakan bilamana orang bertebaran seperti itu sehingga tak ada harapan akan bergabung lagi.