KHOTBAH 191- Dikenal sebagai al-Khuthbah al-Qâshi'ah (Khotbah Penghinaan)

Terdiri dari pelecehan terhadap iblis atas kesombongannya dan penolakannya untuk tunduk kepada Adam (as), dan karena ia merupakan yang pertama yang menunjukkan pembangkangan dan bertindak melalui kesombongan; ini merupakan suatu peringatan kepada manusia yang melangkah di jalan iblis. 
Segala puji bagi Allah yang memakai busana Kehormatan dan Kemuliaan dan telah memilihnya bagi Diri-Nya Sendiri ketimbang bagi makhluk-Nya. la telah membuat jubah kebesaran itu tak terjangkau dan tak halal bagi selain-Nya. la telah memilihnya bagi Diri-Nya Sendiri Yang Mahabesar dan telah melemparkan kutukan kepada yang hendak menyaingi-Nya dalam hal ini.

Ujian Allah pada Kesombongan Iblis


Kemudian la menguji para malaikat-Nya sehubungan dengan sifat-sifat ini, untuk membedakan mereka yang sederhana dan yang sombong. Allah yang mengetahui segala yang tersembunyi dalam hati dan segala yang di alam ghaib, berkata,

'Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah, dan apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan)-Ku, maka hendaklah kamu tersungkur dengan sujud kepadanya. Lalu seluruh malaikat itu sujud semuanya, kecuali iblis.' (QS. 38:71-74).

Kesombongan menghalanginya. Akibatnya, ia merasa sombong atas Adam karena asal penciptaannya, dan membanggakan diri kepada Adam karena asal kejadiannya. Maka musuh Allah itu adalah pemimpin orang-orang yang menyombongkan diri, dan pelopor kesombongan. lalah yang meletakkan fondasi pengelompokan, bertengkar dengan Allah tentang jubah kebesaran, menggunakan busana takabur dan menanggalkan baju kesederhanaan. Tidakkah Anda lihat betapa Allah merendahkannya dan menghinanya karena ia berlagak tinggi? la mencampakkannya di dunia ini dan menyediakan baginya api yang bernyala di akhirat.

Apabila Allah menhendaki untuk menciptakan Adam dari cahaya yang sinarnya akan menyilaukan mata, yang gagahnya akan mengherankan akal dan baunya akan menahan napas, la dapat berbuat demikian; dan apabila Ia telah berbuat demikian, manusia akan menunduk kepadanya dalam kerendahan dan percobaan kepada malaikat melaluinya akan menjadi lebih mudah. Tetapi Allah Yang Mahasuci mencoba makhluk-makhluk-Nya melalui hal-hal yang hakikatnya tidak mereka ketahui, untuk membedakan (baik dan buruk) bagi mereka melalui ujian itu, dan untuk membuang kesombongan dari mereka dan menjauhkan mereka dari kesombongan dan kagum-diri.

Anda harus mengambil pelajaran dari apa yang dilakukan Allah terhadap iblis, yakni la menihilkan amal perbuatannya yang agung dalam waktu lama karena kesombongan sejenak, walaupun iblis telah menyembah Allah selama enam ribu tahun—apakah menurut perhitungan dunia ini atau dunia yang akan datang, tidak diketahui. Siapakah sekarang yang akan selamat dengan berbuat durhaka seperti itu? Tak ada sama sekali. Allah tak mungkin membiarkan seorang manusia masuk surga apabila ia berbuat hal yang sama yang untuk itu la mengeluarkan seorang penghuni langit darinya. Perintah-Nya kepada penghuni langit dan bumi adalah sama. Tak ada persahabatan antara Allah dan individu mana pun dari ciptaan-Nya sampai memberikan kepadanya izin untuk suatu hal yang tidak disukai yang telah ditetapkan-Nya sebagai haram bagi seluruh dunia.

Peringatan terhadap Iblis


Oleh karena itu, hendaklah Anda takut jangan sampai iblis menulari Anda dengan penyakit ini, atau menyesatkan Anda melalui seruannya, atau maju (menyerang) Anda dengan orang berkuda dan pasukan pejalan kakinya, karena, demi hidup saya, ia telah memasang panah pada busur untuk Anda, telah menarik busur dengan kuatnya, dan telah membidik Anda dari posisi yang dekat, dan,

"la (iblis) berkata, 'Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan merekasemuanya.'" (QS. 15:39)

Walaupun iblis telah mengatakan demikian hanya dengan menerka-nerka tentang masa depan yang ghaib, dan dengan dugaan-dugaan yang salah, namun putra-putra kesombongan, saudara-saudara kepongahan, dan pasukan berkuda kebanggaan dan intoleransi menyatakan dia sebagai yang benar, sedemikian rupa sehingga orang-orang yang pendurhaka di antara Anda sekalian menunduk kepadanya, dan keserakahannya atas Anda beroleh kekuatan, dan apa yang dahulunya merupakan rahasia tersembunyi berubah menjadi kenyataan yang terang, ia menebarkan kekuatan penuhnya atas Anda dan maju dengan pasukannya menghadapi Anda.

Kemudian mereka mendorong Anda ke dalam liang kehinaan, melemparkan Anda ke dalam badai pembantaian, dan memijak-mijak Anda, melukai Anda dengan menusuk mata Anda dengan lembing, memotong tenggorokan Anda, merobek lobang hidung Anda, mematahkan anggota badan Anda, dan mengambil Anda dengan tali kendali ke api yang telah tersedia. Dengan demikian ia menjadi lebih merugikan bagi agama Anda dan pemicu api (kejahatan) yang lebih besar tentang urusan duniawi Anda ketimbang musuh-musuh yang terhadapnya Anda menunjukkan perlawanan yang terbuka dan yang terhadapnya Anda memajukan pasukan Anda.

Anda harus mengerahkan segala kemampuan dan usaha Anda untuk melawan dia (iblis) karena, demi Allah, ia membangga-banggakan diri terhadap asal Anda (asal Adam), mempertanyakan kedudukan Anda dan meremehkan asal usul Anda. la maju kepada Anda dengan tentaranya, dan membawa pasukan infantrinya ke jalan Anda. Mereka memburu Anda dari setiap tempat, dan mereka mengenai Anda pada setiap sendi jari. Anda sama sekali tak mampu membela diri, tak dapat pula Anda memukul balik mereka dengan tekad bagaimanapun. Anda berada dalam ketebalan nista, lingkaran kesempitan, lapangan maut dan jalan kesusahan.

Karena itu Anda harus memadamkan api kesombongan dan nyala kepicikan yang tersembunyi dalam hati Anda. Kesombongan ini hanya dalam hati seorang Muslim dengan perbuatan iblis, kesombongannya, kejahatannya dan bisikan-bisikannya: Bangunlah jiwa Anda untuk menjunjung kesederhanaan, memijak-mijak rasa bangga-diri dan melepaskan kesombongan dari tengkuk Anda. Ambillah kerendahan hati sebagai senjata untuk menghadapi musuh Anda, iblis dan pasukannya. Pastilah ia mempunyai pejuang, penolong, infantri dan tentara berkuda dari setiap kaum. Jangan menjadi seperti dia yang berpura-pura unggul atas putra-putra ibunya sendiri tanpa suatu kekhususan yang diberikan kepadanya oleh Allah kecuali rasa cembuni yang diciptakan oleh rasa kebesaran dalam dirinya dan api kemarahan yang dinyalakan oleh kesombongan dalam hatinya, setelah itu Allah memberikan penyesalan kepadanya dan membuatnya bertanggung jawab bagi dosa dari semua pembunuh hingga ke Hari Pengadilan.

Peringatan terhadap Kesombongan


Berhati-hatilah! Anda berusaha dengan susah payah dalam kedurhakaan dan menciptakan kejahatan di muka bumi dalam melawan AUah secara terang-terangan dan menantang kaum mukmin tentang pertempuran. (Hendaklah Anda takut kepada) Allah! Allah! dalam merasa bangga akan kesombongan Anda dan menyombongkan kejahilan, karena inilah akar permusuhan dan rancangan iblis yang dengan itu ia telah menipu manusia-manusia zaman dahulu dan masa-masa yang telah berlalu, dengan hasil bahwa mereka jatuh ke dalam kegelapan jahilnya dan lobang kesesatannya, menyerah kepada dorongannya dan menerima kepemimpinannya. Dalam hal ini hati semua orang serupa, dan zaman-zaman berlalu, satu demi satu, dalam cara yang sama, dan ada kesombongan yang dengan itu dada terbebat.

Peringatan terhadap Menaati Pemimpin dan Sesepuh yang Sombong


Berhati-hatilah! Berhati-hatilah menaati para pemimpin dan orang tua yang merasa bangga akan hasil capaiannya dan membangga-banggakan nasabnya. Mereka melemparkan (tanggung jawab atas) hal-hal pada Allah dan bertengkar dengan Allah dalam apa yang la perbuat dengan mereka, menandingi keputusan-Nya dan membantah nikmat-nikmat-Nya. Sesungguhnya mereka adalah fondasi utama pembangkangan, tiang-tiang pokok kejahatan, dan pedang kesombongan jahiliah tentang nenek moyang. Karena itu, takwalah kepada Allah, dan jangan pula cemburu atas nikmat-Nya atas Anda,

[1] dan janganlah Anda menaati orang-orang yang mengaku (Islam) yang air kotornya Anda minum bersama air Anda yang bersih, yang penyakitnya Anda campur dengan kesehatan Anda dan yang kebatilan-kebatilannya Anda izinkan masuk ke dalam urusan-urusan Anda yang hak.

Mereka adalah fondasi kemungkaran dan barisan kedurhakaan. Iblis telah membuat mereka menjadi pembawa kesesatan dan (menjadikan mereka) tentara dengan siapa ia menyerang manusia. Mereka adalah juru takwil yang melalui mereka ia berbicara untuk mencuri pikiran Anda, memasuki mata Anda dan meniup ke dalarh telinga Anda. Secara ini ia membuat Anda menjadi mangsa panahnya, menjadi tanah pijakan langkah kakinya dan sumber kekuatan tangannya. Ambillah pelajaran dari hal bagaimana ia membawa kemurkaan Allah, pelanggaran, pembalasan dan hukuman atas orang-orang yang sombong di antara manusia. Ambillah pelajaran dari keterbaringan mereka pada pipi mereka dan jatuh pada sisi mereka, dan carilah pertolongan Allah dari bahaya kesombongan, sebagaimana Anda memohon perlindungan dari bencana.

Kerendahan Hati Nabi


Sungguh, apabila Allah akan mengizinkan seseorang untuk bergelimang dalam kebanggaan, la akan mengizinkannya kepada para nabi pilihan dan para wali-Nya. Tetapi Allah Yang Mahasuci tidak menyukai kesombongan bagi mereka, dan la menyukai kesederhanaan bagi Karena itu merela meletakkan pipi mereka ke tanah, menggosok waja mereka dengan debu, menundukkan diri bagi kaum mukmin dan tetap sebagai orang yang rendah. Allah menguji mereka dengan lapar, menimpakan kepada mereka kesulitan, menguji mereka dengan rasa takut, dan menyulitkan mereka dengan kesukaran. Oleh karena itu, janganlah mandang kekayaan dan keturunan sebagai tolok ukur keridaan dan kebencian Allah, karena Anda tak mengetahui kemungkinan dari kejahatan dan ujian dalam masa kaya dan berkuasa sebagaimana Allah Yang Mahasuci dan Mahatinggi telah berkata,

"Apakah mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang Kami berikan kepada mereka itu (berarti bahwa) Kami bersegera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka? Tidak, sebenamya mereka tidak sadar." (QS. 23:55-56)

Sungguh, Allah Yang Mahasuci raenguji makhluk-makhluk-Nya yang sombong akan diri mereka sendiri melalui orang-orang yang dicintai-Nya yang rendah di mata mereka.

Ketika Musa putra 'lmran mendatangi Fir'aun bersama saudaranya Harun dengan memakai baju bulu domba (yang kasar) dan memegang tongkat di tangan mereka, mereka menjamin dia tetap menguasai negaranya dan keberlanjutan kehormatannya apabila ia menyerah; tetapi ia (Fir'aun) berkata, "Tidakkah Anda heran akan dua orang ini menjamin kelanjutan kehormatan saya dan tetap menguasai negara saya padahal Anda melihat kemiskinan dan kerendahan mereka? Kalau tidak, mengapa mereka tidak memakai kalung emas di pergelangan mereka?" la berkata demikian dengan merasa bangga akan emasnya dan harta yang dikumpulkannya, dan memandang bulu domba dan pakaian darinya sebagai bukan apa-apa.

Ketika Allah Yang Mahasuci mengutus para rasul-Nya, apabila la menginginkan untuk membukakan bagi mereka perbendaharaan dan tambang emas dan (mengelilingi mereka dengan) taman-taman yang bertanaman dan mengumpulkan di sekitar mereka burung-burung dari langit dan binatang-binatang dari bumi, la dapat berbuat demikian. Apabila la telah berbuat demikian, maka tidak akan ada ujian, tidak ada balasan dan tidak ada kabar (tentang urusan dunia akhirat). Orang-orang yang menerima (risalah-Nya) tak dapat diberi balasan yang disebabkan karena adanya ujian, dan kaum mukmin tak akan patut mendapatkan ganjaran atas amal baik, dan semua kata-kata ini tak akan mempertahankan maknanya.[2] Tetapi Allah Yang Mahasuci membuat para rasul-Nya kukuh dalam tekad mereka dan memberikan kepada mereka kelemahan dalam penglihatan seperti yang dilihat dengan mata, bersama dengan kepuasan yang memenuhi hati dan mata sebagai akibat tidak adanya kerisauan dan dengan kebutuhan yang memedihkan mata dan telinga.

Apabila para rasul mempunyai wewenang yang tak dapat diserang, atau kehormatan yang dapat dirusak, atau wilayah ke arah mana leher-leher akan berpaling dan pelana tunggangan dapat dipasang, akan sangat mudah bagi manusia untuk mencari pelajaran dan sangat sulit untuk merasa sombong. Mereka akan terpaksa menerima keimanan karena takut yang dirasakan oleh mereka, atau kecenderungan akan menarik mereka, dan niat mereka semua akan sama walaupun tindakan mereka berbeda. Oleh karena itu, Allah Yang Mahasuci menetapkan bahwa manusia harus mengikuti para rasul-Nya, mengakui kitab-kitab-Nya, tetap merendah di hadapan wajah-Nya, menaati perintah-Nya dan menerima ketaatan kepada-Nya dengan tulus di mana tak boleh ada setitik pun dari sesuatu lainnya; dan karena ujian dan cobaan itu lebih keras maka ganjaran dan balasannya pun lebih besar.

Ka'bah


Tidakkah Anda melihat bahwa Allah Yang Mahasuci telah menguji di antara orang-orang yang datang ke sini, dimulai dengan Adam, hingga kepada yang terakbir di dunia ini dengan batu yang tidak memberikan suatu keuntungan ataupun kerugian, yang tidak melihat ataupun mendengar. la membuat batu-batu itu menjadi rumah-Nya yang suci dan la jadikan suatu andalan bagi manusia. la menempatkannya di bagian bumi yang paling kasar berbatu, dan di tanah tinggi yang di atasnya paling sedikit tanah, di antara lembah-lembah yang paling sempit di antara bukit-bukit yang kasar, lapangan pasir lembut, sumber dari air yang sedikit dan penduduk yang bertebaran, di mana tak ada unta maupun kuda ataupun sapi dan biri-biri dapat hidup makmur.

Kemudian la memerintahkan kepada Adam dan putra-putranya untuk memalingkan perhatian mereka ke arahnya. Dengan jalan ini ia menjadi pusat perjalanan mereka dalam mencari padang rumput dan tempat pertemuan hewan-hewan pengangkutnya, sehingga jiwa manusia bergegas ke arahnya dari berbagai gurun jauh yang tak berair, lembah-lembah yang dalam dan rendah dan pulau-pulau yang bertebaran di laut. Mereka menggoncangkan bahu mereka dalam kerendahannya, mengucapkan ikrar bahwa mereka telah mendengar panggilan-Nya, maju dengan kaki yang cepat, dan rambut yang kusut dan wajah berdebu. Mereka melemparkan penggalan-penggalan kain ke punggungnya, mereka melumuri keindahan wajahnya dengan meninggalkan rambut tak berpangkas, sebagai suatu ujian besar, cobaan yang keras, cobaan terang, dan penghalusan yang sangat. Allah telah menjadikannya sarana kepada rahmat-Nya dan pendekatan kepada surga-Nya.

Apabila Allah Yang Mahasuci telah menempatkan Rumah Suci-Nya dan tanda-tanda besar-Nya di antara perkebunan, sungai-sungai, lapangan yang lembut dan rata, pepohonan yang banyak, buah-buahan yang melimpah, penduduk yang padat, taman-taman yang subur, tanah-tanah yang hijau, lapangan-lapangan yang diairi, kebun buah-buahan yang berkembang, dan jalan-jalan yang ramai, jumlah imbalan akan berkurang karena ringannya ujian. Apabila fondasi di atas mana rumah itu didirikan dan batu yang dengannya (rumahj itu ditinggikan terdiri dari permata hijau dan batu merah delima, dan di sana ada kecerahan dan sinar cahaya, maka hal-hal ini akan mengurangi tindakan dari keraguan di dalam hati, akan sudah menghilangkan efek dari kegiatan iblis dari hati, dan akan menghentikan meluapnya rasa waswas pada manusia. Tetapi Allah menguji hamba-hamba-Nya dengan berbagai kesulitan, menghendaki mereka melakukan ibadah melalui kesulitan dan melibatkan mereka dalam kesusahan, semuanya untuk menarik keluar kesombongan dari hati mereka, untuk memukimkan kerendahan hati dalam jiwa mereka dan metnbuat semua ini suatu pintu terbuka bagi nikmat-nikmat-Nya dan sarana yang mudah bagi keampunan-Nya (atas dosa-dosa mereka).

Peringatan terhadap Pendurhakaan dan Kelaliman


(Takutlah kepada) Allah! Allah! akan akibat akhir pendurhakaan (di dunia akhirat), dan dari hasil buruk kesombongan, karena ia merupakan perangkap besar iblis dan tipuan besarnya yang memasuki hati manusia seperti racun yang mematikan. la tak pernah menjadi sia-sia, tidak salah terhadap siapa pun—baik yang terpelajar karena pengetahuannya, baik orang miskin dalam busana gombalnya.[3] Inilah hal yang terhadapnya Allah telah melindungi makhluk-makhluk-Nya yang beriman dengan sarana doa, sedekah, dan menanggung kesulitan berpuasa di hari-hari di mana hal itu telah diwajibkan, untuk memberikan kepada anggota-anggota badannya kedamaian, untuk melemparkan takut dalam mata mereka, untuk membuat jiwa mereka merendah, memberikan kepada hati mereka kesederhanaan dan untuk menyingkirkan kesombongan dari mereka. Semua ini tercapai melalui penutupan pipi mereka yang halus dengan debu dalatn kerendahan, dan mengempiskan perut mereka sampai mencapai punggungnya karena puasa dengan jalan kerendahan (di hadapan Allah), di samping memberikan segala macam hasil bumi kepada para fakir miskin dengan sarana sedekah.

Lihatlah apa yang ada dalam perbuatan-perbuatan ini dengan mengekang wajah kesombongan dan menekan jejak-jejak kepongahan. Saya melemparkan pandangan dan melihat bahwa tak seorang di dunia, kecuali Anda, merasa sombong atas apa saja tanpa suatu sebab yang mungkin muncul pada orang bodoh, atau nalar yang mungkin melekat pada pikiran orang tolol, karena Anda merasakan kesombongan atas sesuatu yang untuk itu tak ada alasan yang dapat dipilih, tak ada pula suatu dasar.

Tentang iblis, ia merasa sombong terhadap Adam karena asal-usulnya, dan mengejeknya tentang penciptaannya, ketika ia berkata, "Saya dari api sedang engkau (hanya) dari lempung." Dalam cara yang sama, orang kaya di antara kalangan yang makmur telah merasakan kesombongan karena kekayaan mereka, seperti firman (Allah),

"Dan mereka berkata, 'Kami telah banyak mempunyai harta dan anak-anak, dan kami tidak akan diazab.'" (QS. 34:35)

Kegairahan dan Akhlak yang Menarik, Kedudukan yang Terhormat, dan Mengambil Kegairahan dan Akhlak yang Menarik, Kedudukan yang Terhormat, Mengambil Pelajaran dari Masa Lalu
Kalau Anda tak dapat mengelakkan kebanggaan, hendaklah kebanggaan itu dalam hal-hal yang sifatnya baik, amal perbuatan yang terpuji dan hal-hal yang mengagumkan, yang dengan itu para keluarga Arab yang mulia menunjukkan dirinya, seperti akhlak yang menarik, pikiran yang mulia, sikap yang terhormat dan perilaku yang baik. Anda juga harus menunjukkan kebanggaan (hanya) dalam kebiasaan yang terpuji seperti perlindungan kepada tetangga, pemenuhan janji, ketaatan kepada yang baik, perlawanan kepada yang sombong, mengulurkan kedermawanan kepada orang lain, berpantang mendurhaka, menjauh dari pertumpahan darah, berlaku adil kepada manusia, menekan kemarahan, dan menghindari kekacauan di bumi. Anda pun harus takut akan bencana yang menimpa manusia sebelum Anda karena perbuatan mungkar mereka dan perbuatan-perbuatan mereka yang tercela. Ingatlah, dalam keadaan baik atau buruk, apa yang terjadi pada mereka, dan berhati-hatilah agar Anda tidak menjadi seperti mereka.

Setelah Anda memikirkan kondisi-kondisi manusia ini, tautkanlah diri Anda pada segala yang dengan itu kedudukan mereka menjadi terhormat, yang karena itu musuh-musuh (selalu) menjauh dari mereka, yang melalui itu keamanan tersebar atas mereka, yang dengan alasan itu kekayaan menunduk kepada mereka, dan sebagai hasilnya kemuliaan menghuhungkan dirinya dengan tali mereka. Hal-hal ini ialah berpantang dari perpecahan, bersiteguh pada persatuan, saling menyeru kepadanya dan saling menasihati tentang hal itu. Anda harus menjauhi segala sesuatu yang mematahkan tulang punggung mereka dan melemahkan kekuatan mereka, seperti dengki di dalam hati, kebencian di dada, berpaling (dari saling menolong) dan menahan tangan dari membantu orang lain.

Pikirkanlah tentang keadaan orang-orang di kalangan kaum mukmin yang telah berlalu sebelum Anda. Betapa besar kesusahan dan ujian yang mereka alami! Bukankah mereka orang yang paling berbeban berat dan dalam keadaan yang paling genting di seluruh dunia? Para Fir'aun mengambil mereka sebagai budak. Mereka (para Fir'aun itu) menimpakan kepada mereka hukuman yang paling buruk dan penderitaan yang paling pahit. Mereka terus-menerus dalam keadaan terhina yang membinasakan dan ketundukan yang keras. Mereka tidak mendapatkan jalan untuk melepaskan diri dan tak ada jalan perlindungan. Hingga, ketika Allah Yang Mahasuci melihat bahwa mereka sedang menanggung kesukaran karena cinta kepada-Nya dan memikul kesusahan karena takwa kepada-Nya, la memberikan kelepasan dari kesusahan dan cobaan itu. Maka la mengubah kehinaan mereka menjadi kemuliaan, dan takut menjadi aman. Akibatnya, mereka menjadi raja-raja penguasa dan pemimpin-pemimpin yang mencolok, dan nikmat Allah atas mereka mencapai batas-batas di mana keinginan mereka tidak sampai.

Lihatlah bagaimana mereka ketika mereka dalam kelompok-kelompoknya, pandangan mereka sepakat, hati mereka sederhana, tangan-tangan mereka saling menolong, pedang mereka diniatkan untuk saling membantu, mata mereka tajam dan tujuan mereka sama. Tidakkah mereka menjadi majikan dari penjuru-penjuru bumi dan penguasa atas leher semua yang di dunia? Sesudah itu, lihat pula apa yang terjadi pada mereka menjelang akhir ketika perpecahan menyusul mereka, persatuan menjadi retak, dan perbedaan antara kata-kata mereka dan hati mereka. Mereka berpecah-pecah menjadi kelompok-kelompok dan bertebaran dan saling berperang di antara sesamanya. Kemudian Allah mengambil dari mereka busana kehormatan-Nya dan merebut dari mereka kemakmuran yang dihasilkan oleh nikmat-nikmat-Nya. Hanya riwayat mereka yang tertinggal di antara Anda untuk menunjuki orang-orang yang dapat memperoleh pelajaran dari mereka.

Anda harus mengambil pelajaran dari nasib keturunan Ismâ'îl, anak-anak Ishâq dan anak-anak Isrâ'îl. Betapa sama urusan mereka dan betapa akrab contoh-contoh mereka. Sehubungan dengan detail-detail perpecahan dan ketidaksatuannya, ingatlah hari-hari ketika para Khosru Persia dan Kaisar Roma telah menjadi majikan-majikannya.[4] Mereka (para penakluk) mengeluarkan mereka dari padang-padang rumput tanah mereka, sungai-sungai 'Iraq dan kesuburan dunia, ke arah hutan-hutan berduri, jalan-jalan angin (panas) dan kesukaran dalam rezeki. Secara ini mereka (para penakluk) mengubah mereka menjadi sekadar penggembala unta. Rumah-rumah mereka adalah yang terburuk di dunia dan tempat tinggal mereka paling terlanda kekeringan. Tak ada satu suara ke arah mana mereka dapat berpaling untuk perlindungan, tak ada naungan kasih sayang yang pada kekuatannya mereka dapat meletakkan amanat.

Keadaan mereka penuh kesusahan. Tangan mereka bertebaran. Mayoritas mereka terpecah belah. Meteka dalam kecemasan besar dan di bawah lapisan-lapisan kejahilan. Mereka menguburkan anak-anak perempuannya, menyembah berhala, mengabaikan kekeluargaan dan melaksanakan perampokan.

Sekarang, lihatlah berbagai nikmat Allah atas mereka; la mengutus kepada mereka seorang nabi yang membuat mereka membaiatkan ketaatan mereka kepadanya dan membuat mereka bersatu atas seruannya. (Lihatlah) betapa nikmat (Allah) membentangkan sayap nikmatnya ke atas mereka dan mengalirkan bagi mereka sungai-sungai nikmatnya, dan seluruh masyarakat menjadi terbungkus oleh kemakmuran yang penuh bahagia. Sebagai akibatnya, mereka terselam di bawah kenikmatannya dan menikmati kehidupannya yang subur. Urusan mereka diselesaikan di bawah lindungan penguasa yang kuat, dan keadaan memberikan kepada mereka kemuliaan yang melimpah, dan semua hal menjadi mudah bagi mereka di bawah bantuan negara yang kuat. Mereka menjadi penguasa dunia dan raja-raja dari (berbagai) bagian bumi. Mereka menjadi majikan dari orang-orang yang dahulunya adalah majikan mereka, dan mulai mengeluarkan perintah-perintah atas orang-orang yang dahulu memerintah mereka. Mereka begitu kuat sehingga lembing mereka tidak perlu diuji lagi dan senjata mereka tidak bercela.

Mengutuk Kaumnya


Hati-hatilah! Anda telah menggoyang tangan Anda menjadi longgar dari tali ketaatan, dan memecahkan benteng Ilahi di sekitar Anda (dengan mengandalkan) aturan-aturan jahiliah. Sungguh, adalah hikmat besar Allah Yang Mahasuci, bahwa la telah melahirkan di kalangan jamaah umat ini persatuan melalui tali kasih sayang yang dalam naungannya mereka berjalan dan bemaung. Itu suatu rahmat yang nilai-nya tak disadari oleh siapa pun di seluruh dunia, karena hal itu lebih berharga dari setiap harga dan lebih tinggi dari setiap kekayaan.

Hendaklah Anda ketahui bahwa Anda telah kembali lagi kepada kedudukan Arab Badui setelah Anda berhijrah (ke Islam), dan telah menjadi partai-partai yang berselisih setelah dahulu bersatu. Anda tidak memiliki sesuatu tentang Islam selain namanya, dan tidak mengetahui keimanan selain pamerannya. Anda katakan, "Api pun jadilah, tetapi tidak kedudukan memalukan," seakan-akan Anda akan menjatuhkan Islam pada wajahnya untuk dapat menghinakan kemuliaannya dan memutuskan baiatnya (bagi persaudaraan) yang diberikan Allah kepada Anda sebagai amanat suci pada bumi-Nya dan (sumber) kedamaian di antara manusia. Yakinlah bahwa apabila Anda cenderung kepada sesuatu selain Islam, orang kafir akan memerangi Anda. Maka tak akan ada lagi Jibril dan Mika'il, tak ada Muhajirin dan Anshar untuk menolong Anda, tetapi hanya ada gemerincing pedang, sampai Allah menyelesaikan urusan bagi Anda.

Sungguh, ada contoh-contoh sebelum Anda tentang kemurkaan Allah, hukuman, hari-hari siksaan dan kejadian. Oleh karena itu, jangan mengabaikan janji-janji-Nya, jangan mengabaikan hukuman-Nya, mengentengkan kemurkaan-Nya dan tidak mengharapkan kegarangan-Nya, karena Allah Yang Mahasuci tidak mengutuk zaman-zaman lalu kecuali karena mereka telah meninggalkan (kewajiban) untuk menyuruh orang berbuat baik dan mencegah mereka berbuat buruk. Sesungguhnya Allah mengutuk orang-orang bodoh karena melakukan perbuatan dosa, dan orang bijaksana karena melepaskan diri dari mencegah orang berbuat kemungkaran. Hati-hatilah! Anda telah memutuskan rantai Islam, telah melanggar batas-batasnya, dan telah menghancurkan perintah-perintahnya.

Kedudukan Tinggi Amirul Mukminin dan Perbuatan Islam yang Menakjubkan


Hati-hatilah! Sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepada saya untuk memerangi mereka yang memberontak atau membuat kekacauan di bumi. Mengenai para pelanggar baiat, saya telah memerangi mereka; mengenai para penyeleweng dari kebenaran, saya telah melancarkan perang suci terhadap mereka; dan mengenai orang-orang yang telah keluar dari agama, saya telah menempatkan mereka dalam kehinaan (yang parah).[5]

Mengenai iblis di lobang, ia pun telah saya tanggulangi melalui pekikan keras, yang dengan itu jeritan hatinya dan goncangan dadanya juga kedengaran.[6] Hanya sebagian kecil dari pemberontak yang tertinggal. Apabila Allah memberikan kepada saya satu kesempatan lagi atas mereka, saya akan menumpas mereka kecuali sedikit sisa yang mungkin tinggal bertebaran di pinggiran-pinggiran kota.

Bahkan ketika saya masih anak-anak, saya telah merendahkan dada para lelaki Arab (yang kenamaan), dan mematahkan ujung tanduk (yakni mengalahkan para kepala) suku Rabi'ah dan Mudhar. Pastilah Anda tahu akan kekerabatan saya yang dekat dan hubungan saya yang khusus dengan Rasulullah (saw). Ketika saya masih kanak-kanak, beliau mengasuh saya. Beliau biasa menekankan saya ke dada beliau dan membaringkan saya di sisi beliau di tempat tidur beliau, mendekatkan tubuh beliau kepada saya dan membuat saya mencium bau beliau. Beliau biasa mengunyah sesuatu kemudian menyuapi saya dengannya. Beliau tidak mendapatkan kebohongan dalam pembicaraan saya, tak ada pula kelemahan dalam suatu tindakan saya.

Sejak waktu penyapihannya, Allah telah menempatkan seorang malaikat yang kuat bersama beliau untuk membawa beliau sepanjang jalan akhlak yang luhur dan perilaku yang baik, siang dan malam, sementara saya biasa mengikuti beliau seperti seekor anak unta mengikuti jejak kaki induknya. Setiap hari beliau menunjukkan kepada saya beberapa dari akhlaknya yang mulia dan memerintahkan saya untuk mengikutinya seperti panji. Setiap tahun beliau pergi menyendiri ke bukit Hira', di mana saya melihat beliau tetapi tak seorang pun lainnya melihat beliau. Di hari-hari itu Islam tidak teidapat di rumah mana pun selain rumah Rasulullah (saw) dan Khadijah, sementara saya adalah orang ketiga dari keduanya. Saya biasa melihat dan memperhatikan sinar cahaya dari wahyu dan risalah Ilahi, dan benghirup napas kenabian.

Ketika wahyu turun kepada Nabi Allah (saw), saya mendengar bunyi keluhan iblis. Saya berkata, "Wahai Rasulullah, keluhan apakah itu?" dan beliau menjawab, "Ini iblis yang telah kehilangan segala harapan untuk disembah. Ya, 'Ali, Anda melihat apa yang saya lihat dan Anda mendengar apa yang saya dengar, kecuali bahwa Anda bukan nabi; tetapi Anda adalah seorang wazir dan sesungguhnya Anda pada (jalan) kebajikan."

Saya bersama beliau ketika sekelompok orang Quraisy datang seraya berkata kepada beliau, "Hai, Muhammad, Anda telah membuat suatu pengakuan besar yang tak ada dari nenek moyang kalangan famili Anda telah melakukannya. Kami meminta kepada Anda satu hal; apabila Anda memberi jawaban atasnya kepada kami, kami akan mempercayai bahwa Anda adalah seorang nabi dan rasul; tetapi, apabila Anda tak dapat (memenuhinya), kami akan tahu bahwa Anda seorang penyihir dan pembohong."

Rasulullah berkata, "Apa yang Anda minta?" Mereka berkata, "Suruhlah pohon ini berpindah bagi kami, bahkan dengan akar-akamya, dan berhenti di hadapan Anda." Nabi menjawab, "Apabila Allah melakukannya untuk Anda, apakah Anda akan percaya dan memberi kesaksian atas kebenaran itu?" Mereka berkata, "Ya." Maka beliau berkata, "Saya akan menunjukkan kepada Anda apa yang Anda kehendaki, tetapi saya tahu bahwa Anda tak akan tunduk kepada kebajikan, dan ada di antara Anda sekalian orang-orang yang akan dilemparkan ke dalam lobang dan orang-orang yang akan membentuk partai-partai (melawan saya)." Kemudian Nabi Suci berkata, "Hai pohon, apabila Anda beriman kepada Allah dan Hari Pengadilan, dan mengetahui bahwa saya adalah Rasul Allah, datanglah dengan akar-akar Anda dan berdirilah di hadapan saya atas izin Allah." Derni Dia yang mengutus beliau dengan kebenaran, pohon itu berpindah sendiri dengan dengungan besar dan kepakan seperti kepakan sayap burung, sampai ia berhenti di hadapan Rasulullah, sementara beberapa rantingnya menurun sampai ke bahu saya, dan saya berada di sisi kanan Nabi Suci.

Ketika orang-orang itu melihatnya, mereka berkata dengan bangga dan sombong, "Sekarang Anda perintahkanlah separuhnya datang kepada Anda sedang yang separuhnya lagi tinggal (di tempatnya)." Nabi memerintahkan pohon itu untuk berlaku seperti itu. Kemudian setengah dari pohon itu maju kepada beliau secara yang mencengangkan dan dengan dengungan yang lebih keras, hampir menyentuh Rasulullah. Kemudian mereka berkata, dengan tidak beriman dan secara memberontak, "Suruhlah yang setengah itu kembali (berpadu) kepada sesamanya dan menjadi seperti semula." Nabi memerintahkannya dan pohon itu pun kembali. Lalu saya berkata, "Ya Rasulullah, saya yang pertama beriman kepada Anda dan mengakui bahwa pohon itu telah melakukan apa yang baru saja telah dilakukannya dengan perintah Allah Yang Mahamulia, sebagai saksi atas Kenabian Anda dan untuk meninggikan kata Anda. Atasnya semua orang itu berteriak, "Malah seorang penyihir, seorang perabohong; itu sihir yang menakjubkan, ia sangat mahir dalam hal itu. Hanya lelaki seperti ini (sambil menunjuk kepada saya) dapat berdiri sebagai saksi kepada Anda dalam urusan Anda." Sungguh, saya termasuk kepada kelompok manusia yang ddak mempedulikan ejekan siapa pun dalam urusan mengenai Allah. Wajah mereka adalah wajah orang benar dan ucapan mereka adalah ucapan orang berkebajikan. Mereka berjaga di waktu malam (dalam ibadat kepada Allah) dan menjadi menara (petunjuk) di siang hari. Mereka berpegang teguh pada tali Al-Qur'an, menghidupkan sunah-sunah Allah dan Rasul-Nya. Mereka tidak menyombong dan tidak bergelimang dalam mengagumi diri, tidak menyeleweng dan tidak membuat bencana. Hati mereka berada di surga, sedang tubuh mereka sibuk beramal. •

--------------------------------------------------------------------------------

[1] Maksudnya ialah, "Anda tak boleh menciptakan kondisi yang memungkinkan Anda kehilangan nikmat Allah, seperti orang cemburu yang bertujuan merugikan orang yang dicemburuinya".

[2] Maksudnya, apabila keimanan diterima karena paksaan, karena keterpesonaan dan ketakutan, dan ibadat dilakukan karena pengaruh kekuasaan dan wewenang, maka hal itu bukanlah iman dalam pengertian yang sesungguhnya dan bukan pula ibadat dalam ruhnya yang sejati. Karena iman adalah kesaksian batin dan keyakinan hati. Keyakinan yang ditimbulkan oleh kekuatan luar dan paksaan hanya bersifat lahiriah tetapi tidak terasa di hati. Demikian pula, ibadah adalah pengakuan terbuka tentang ketundukan dan kehambaan seseorang. Ibadah yang kosong dari rasa pengabdian atau rasa pembaktian dan yang hanya dilakukan karena wewenang atau takut, tak dapat dipandang sebagai ibadah yang sejati. Oleh karena itu keimanan dan ibadah seperti itu tidak menghadirkan maknanya yang benar.

[3] Alasan bagi pengkhususan orang terpelajar dan orang miskin ialah bahwa orang terpelajar mempunyai cahaya pengetahuan untuk membimbingnya, sedang orang miskin tak mudah berlaku demikian karena keadaan tak mengizinkannya. Walaupun demikian, orang kaya maupun orang miskin jatuh ke dalam tipuannya. Maka bagaimana orang jahil dapat menyelamatkan diri dari cengkeramannya, membela diri dan melawannya?

Tidak! Sesungguhnya manusia pemberontak! 

Karena dia mengira dirinya tidak memerlukan!

[4] Apabila dipandang sekilas timbul dan jatuhnya peritiwa-peristiwa dan kejadian orang-orang di zaman dahulu, kenyataan akan bersinar seperti siang bahwa timbul dan jatuhnya komunitas-komunitas bukanlah hasil keberuntungan atau kebetulan; sebagian besarnya dipengaruhi oleh amal perbuatan mereka. Dan jenis apa pun amal dan perbuatan itu, akibat dan konsekuensinya sesuai dengan itu. Karena itu, riwayat dan peristiwa orang zaman dahulu secara terbuka mencerminkan bahwa hasil penindasan dan perbuatan mungkar selalu merupakan keruntuhan dan kehancuran, sedang akibat perbuatan bajik dan kehidupan damai selalu merupakan keberuntungan dan keberhasilan. Karena waktu dan manusia tidak menjadi soal, apabila kondisi yang sama muncul lagi dan tindakan itu diulangi lagi, hasil yang sama akan timbul sebagaimana telah muncul dalam rangkaian keadaan sebelumnya, karena terjadinya akibat perbuatan baik atau buruk adalah pasti sebagaimana watak dan efek dari segala sesuatu. Apabila tidak demikian, maka tak mungkin menghidupkan harapan dalam pikiran kaum tertindas dengan menyajikan kepada mereka peristiwa-peristiwa di waktu lalu dan efek-efeknya, tak dapat pula para zalim dan tiran diperingatkan tentang akibat buruk dari perbuatan mereka atas dasar bahwa hal yang sama akan terjadi sekarang sebagaimana telab terjadi sebelumnya. Tetapi, universalitasnya sebab akibat itulah yang membuat peristiwa masa lalu sebagai obyek pelajaran bagi orang yang akan datang. Sekaitan dengan itu, tujuan Amirul Mukminin adalah untuk membangkitkan pemikiran dan pertimbangan, dan menyebutkan berbagai pengalaman Banî Isma'îl, Banî Ishâq, Banî Isrâ'îl, dan penderitaan mereka di tangan para raja Persia dan Romawi.

Keturunan Ismâ'il (as), putra sulung Nabi Ibrâhîm (as), dinamakan Banî Ismâ’il sedang keturunan putra bungsunya Ishâq dinamakan BanT Ishâq, yang kemudian terus terpecah-pecah menjadi berbagai suku dan beroleh berbagai nama. Asal tempat kediaman mereka ialah Kanaan di Palestina, di mana Ibrâhîm (as) menetap setelah hijrahnya dari dataran sekitar Efrat dan Tigris. Putranya IsmS'fl | menetap di Hijaz, di mana Ibrâhîm meninggalkannya bersama ibunya Hajar. Ismâ’il (as) kawin dengan Sayyidah binti Mudhadh, wanita suku Jurhum yang juga menduduki daerah itu. Keturunan Isma'Tl muncul dari Sayyidah dan kemu-dian tersebar ke seluruh dunia. Ishâq (as) tetap tinggal di Kanaan. Putranya, Ya'qub (as) (Isrâ'îl) yang kawin dengan Liya, putri saudara ibu Ishâq (as), dan setelah matinya Liya ia kawin dengan saudara istrinya. Keduanya melahirkan keturunan yang dikenal sebagai BanT Isra'il. Salah seorang putranya ialah Yûsuf (as) yang sampai ke Mesir melalui suatu insiden; setelah menjadi budak dan dipenjarakan, akhirnya Yûsuf (as) menjadi orang yang berkuasa di Mesir. Setelah perubahan ini, ia memanggil seluruh kerabatnya dan dengan demikian Mesir menjadi tempat kediaman Banî Isrâ'îl. Selama beberapa waktu mereka tinggal di sana dan menjalani kehidupan yang terhormat, tetapi kemudian penduduk setempat mulai memandang mereka dengan muak dan benci dan menjadikan mereka sasaran segala macam kelaliman, sampai membunuh putra-putra mereka dan menawan kaum wanitanya sebagai budak. Akibatnya, tekad dan keberanian mereka terinjak-injak, dan semangat kemerdekaan mereka ditaklukkah sama sekali. Akhirnya keadaan berubah dan masa kesukaran mereka berakhir, setelah diperbudak selama empat ratus tahun, ketika Allah mengutus Mûsa (as) untuk membebaskan mereka dari penindasan Fir'aun. Musa (as) berangkat dengan mereka meninggalkan Mesir, tetapi untuk menghancurkan Fir'aun Allah mengarahkan mereka ke sungai Nil, yang di depan mereka banjir besar dan di belakangnya pasukan besar Fir'aun sedang mengejar. Ini sangat membingungkan mereka, tetapi Allah memerintahkan Musa untuk memasuki sungai itu tanpa takut. Ketika Mûsa (as) maju, muncul di sungai itu jalan untuk dilewati. Mûsa menyeberangi sungai itu bersama Banî Isra'il sementara Fir'aun menyusulnya dari belakang. Ketika Fir'aun melihat mereka melewatinya, ia pun maju dengan tentaranya. Tetapi ketika mereka sampai di tengah, air yang tenang itu bergerak melanda Fir'aun dan tentaranya dengan gelombangnya dan menghabisi mereka. Tentang hal ini Al-Qur'an mengatakan,

"Dan (ingatlah) ketika Kami selamatkan kamu dari (Fir'aun) dan pengikut-pengikutnya; mereka menimpakan kepadamu siksaan yang seberat-beratnya, mereka menyembelih anak-anakmu yang laki-laki dan membiarkan hidup anak-anakmu yang perempuan. Dan pada yang demikian itu terdapat cobaan-cobaan yang besar dari Tuhanmu." (QS. 2:49)

Setelah meninggalkan Mesir, ketika mereka memasuki negeri Palestina, mereka mendirikan negara sendiri lalu mulai hidup dalam kemerdekaan, dan Allah mengubah kerendahan dan kehinaan mereka menjadi kebesaran dan kemuliaan, pemerintahan dan kekuasaan. Sehubungan dengan ini, Allah berfirman,

"Dan Kami pusakakan kepada kaum yang telah ditindas itu, negeri-negeri bagian timur bumi dan bagian baratnya yang telah Kami beri berkah padanya. Dan telah sempumalah perkataan Tuhanmu yang baik (sebagai janji) untuk Bant Israil disebabkan kesabaran mereka. Dan Kami hancurkan apa yang telah dibuat Fir'aun dan kaumnya dan apa yang telah dibangun mereka." (QS. 7:137)

Ketika naik tahta kekuasaan dan beroleh kemakmuran dan kesejahteraan, Banî Isra'fl melupakan segala penderitaan dan kehinaannya di masa perbudakan. Ketimbang bersyukur kepada Allah atas nikmat yang diberikanNya, mereka mendustakan-Nya dan memberontak. Mereka mengumbar hawa nafsu dan perilaku buruk serta berbuat bencana dan kemungkaran sampai ke puncaknya, menghalalkan hal-hal yang haram dan mengharamkan hal-hal yang halal dengan dalih-dalih yang batil, dan melanggar para nabi yang berusaha berdakwah dan memperbaiki mereka atas perintah Allah, bahkan membunuh mereka. Sebagai akibat alami dari kegiatan mungkarnya, mereka tertimpa hukuman. Akibatnya, Nebukadnezar yang berkuasa di Babilonia, 'Iraq, sekitar 600 SM, menyerbu Suriah dan Palestina lalu membunuh 70.000 orang Bant Isra'il dengan pedangnya yang haus darah, menghancurkan kota-kotanya dan menggiring para tawanannya seperti biri-biri ke dalam jurang kenistaan dengan menjadikannya budak. Walaupun setelah ke runtuhan ini nampaknya tak ada jalan bagi mereka untuk mendapatkan kembali kedudukan dan kekuasaannya, namun alam masih memberikan kepada mereka kesempatan lagi. Ketika Nebukadnezar mati dan kekuasaan jatuh kepada Belsyazar, ia melakukan segala macam penindasan kepada rakyat. Karena muak atas kelalimannya, mereka memberi kabar kepada Raja Persia bahwa mereka tak sabar lagi menanggung kelaliman penguasanya dan memintanya supaya menyelamatkan mereka dari penindasan Belsyazar. Cyrus Agung, raja Persiayang adil, menyambut pennohonan mereka, dan dengan kerjasama penduduk setempat ia menggulingkan pemerintahan itu. Belenggu Banî Isra'il dilepaskan dan mereka diizinkan pulang ke Palestina. Demikianlah, setelah penindasan selama tujuh puluh tahun, mereka kembali ke Palestina dan mendirikan lagi pemerintahan di sana.

Apabila mereka telah mengambil pelajaran dari pengalamannya maka mercka tidak akan melakukan kemungkaran yang seperti dulu lagi, yang mengakibatkan mereka diperbudak. Tetapi sikap mental komunitas itu sedemikian sehingga bilamana mereka mencapai kemakmuran dan kemerdekaan karena keprihatinan, mereka tenggelam lagi dalam mabuk kekayaan dan foya-foya, mengejek hukum-hukum agama, menghina para nabi, bahkan membunuh mereka. Atas permintaan buah hatinya, raja mereka Herodes memenggal kepala Nabi Yahya dan menyuguhkannya kepada kekasihnya itu. Tak ada di antara mereka yang mengangkat suara protes. Demikianlah kekasaran dan kekejian mereka ketika muncul Nabi 'lsa. la melarang mereka berbuat mungkar dan menyuruh mereka mengerjakan kebaikan, tetapi mereka pun menentangnya dan memberikan berbagai kesukaran kepadanya, bahkan mencoba membunuhnya, namun Allah menggagalkan rencana mereka dan menyelamatkan 'lsa. Ketika pembangkangan mereka mencapai tahap ini dan kemampuan mereka untuk menerima petunjuk telah terhapus habis, nasib menentukan untuk menghancurkan mereka dan mengatur persiapan bagi pembasmian mereka. Penguasa Roma, Vespasianus, mengirim putranya Titus untuk menyerang Suriah dan mengepung Yerusalem, menghancurkan rumah-rumah dan merusak dinding kanisah mereka. Akibatnya, ribuan penduduknya meninggalkan kampung halaman dan bertebaran di luar negeri, sementara ribuan lainnya mati kelaparan, dan yang tertinggal dibunuh. Kebanyakan dari mereka tinggal di Hijaz; tetapi, karena menentang Nabi Muhammad (saw), persatuan mereka terganggu sedemikian rupa sehingga mereka tak dapat lagi menduduki tempat kehormatan dan tak dapat beroleh kehidupan terhormat sebagai ganti kehinaan dan kenistaan.

Demikian pula, penguasa Persia melakukan serangan serius ke Arabia dan menundukkan penduduknya. Raja Persia, Syapûr, yang baru berusia enam belas tahun membawa empat ribu pejuang dan menyerang orang Arab yang tinggal di perbatasan Persia, kemudian maju ke Bahrain, Qathif dan menghancurkan Banî Tamîm, Banî Bakr ibn Wa'il dan Banî 'Abd al-Qais, dan memotong bahu 70.000 orang Arab, yang setelah itu beroleh julukan Dzul-Aktaf ("pembahu"). la memaksa orang Arab tinggal di kemah-kemah yang dibangun dengan rambut, harus memelihara rambut panjang, memakai pakaian putih dan menunggang kuda tanpa pelana. Kemudian ia menempatkan 12.000 orang dari mereka di Isfahan dan kota-kota lain di Persia di wilayah sekitar 'Iraq dan Suriah. Secara ini ia menggiring penduduk tempat-tempat itu dari tanah subur ke belantara gersang yang tak mempunyai kemudahan hidup maupun sarana rezeki. Lama kaum itu menjadi korban penindasan orang lain karena perpecahan mereka. Akhiraya Allah mengutus Nabi dan mengangkat mereka dari kehinaan ke puncak kemakmuran dan kemuliaan.

[5] Amirul Mukminin 'Ali, Abû Ayyub al-Anshari, Jabir ibn 'Abdullah al-Anshari, 'Abdullah ibn Mas'ud, 'Ammar ibn Yasir, Abfl Sa'id al-Khudri, dan 'Abdullah ibn 'Abbas meriwayatkan bahwa Nabi telah memerintahkan 'Ali ibn Abi Thalib untuk memerangi orang-orang pelanggar baiat (nâkitsûn), penyeleweng dari kebenaran (qâsithûn), dan orang-orang yang meninggalkan agama (mâriqûn). (Mustadrak, III, h. 139; al-Isti'ab, III, h. 1117; Usd al-Ghdbah, III, h. 32-33; ad-Durr al-Mantsur, VI, h. 18; al-Khasha'ish al-Kubrâ, II, h. 138; Majma' az-Zawa'id, V, h. 186 dan VI, h. 235 dan VII, h. 238; Kanz al-'Ummâl, VI, h. 72, 82, 88, 155, 215, 319, 391, 392; Tarikh Baghdâd, VIII, h. 340, h. 186-187; Tarikh Ibn Katsîr, VII, h. 304-306; ar-Riyâdh an-Nâdhirah, II, h. 240; Syarh al-Mawâhib al-Laduniyyah, III, h. 316-317; Mawadhdhah al-Auham, I, h. 386.) Ibn Abil Hadid mengatakan, "Telah dibuktikan (dengan periwayatan yang benar) dari Nabi bahwa beliau berkata kepada 'Ali,

'Anda akan memerangi para pelanggar janji, para penyeleweng dari kebenaran, dan orang-orang yang meninggalkan agama.'"

Pelanggar janji adalah kaum Jamal, karena melanggar baiat mereka kepadanya. Penyeleweng dari kebenaran adalah orang Suriah (Syam) di Shiffin. Orang yang meninggalkan agama adalah kaum Khariji. Tentang ketiga kelompok ini Allah berfirman,

"Bahwasanya orang-orang yang berjanji setia kepada kamu sesungguhnya mereka berjanji setia kepada Allah. Tangan Allah di atas tangan mereka, maka barangsiapa melanggar janjinya niscaya akibat ia melanggar janji itu akan menimpa dirinya sendiri...." (QS. 48:10)

(Tentang kelompok yang kedua) Allah berfirman,

"Adapun orang-omg yang menyimpang dari kebenaran, maka mereka mejadi kayu api bagi neraka jahanam." (QS. 72:15)

Mengenai kelompok yang ketiga, Ibn Abil Hadid merujuk hadis berikut: Bukhari, ash-Shahih, IV, h. 166-167; Muslim, ash-Shahih, m, h. 109-117; Tarmidzi, al-Jami' al-Shahih, IV, h. 481; Ibn Majah, as-Sunan, I, h. h. 59-62; an-Nasa'i, as-Sunan, II, h. 65-66; Malik ibn Anas, d-Muwaththa', h. 204-205; ad-Daraquthni, as-Sunan, III, h. 131-132; ad-Darimî, as-Sunan, II, h. 133; Abû Dawûd, as-Sunan, IV, h. 241-246; al-Hakim, al-Mustadrak, II, h. 145-154 dan IV, h. 531; Ahmad ibn Hanbal, al-Musnad, I, h. 88, 140, 147, dan III, h. 56, 65; dan al-Baihaqi, as-Sunan al-Kubrâ, VIII, h. 170-171. Semuanya telah meriwayatkan melalui sekelompok sahabat Nabi bahwa beliau berkata tentang Dzul Khuwaishirah (julukan Dzuts-Tsudayyah Hurqûs ibn Zuhair at-Tamimi, pemimpin kaum Khariji).

"Dari keturunan orang ini akan muncul orang yang membaca Al-Qur'an tetapi tidak sampai melewati kerongkongan mereka; mereka akan membunuh para pengikut Islam dan akan membiarkan pemuja berhala. Mereka akan memandang sekilas melalui ajaran Islam sama tergesa-gesanya seperti panah melewati mangsanya. Apabila saya sampai mendapatkan mereka, saya akan membunuh mereka seperti kaum 'Ad."

Kemudian Ibn Abil Hadid melanjutkan,

"Ini suatu tanda kenabian (Nabi Muhammad saw) dan ramalannya tentang pengetahuan rahasia." (Syarh Nahjul Balâghah, XIII, h. 183)

[6] Dengan "iblis di lobang", rujukannya ialah Dzuts-Tsudayyah (yang nama lengkapnya telah disebutkan dalam catatan nomor 5 di atas, yang terbunuh di Nahrawan oleh sambaran kilat dari langit, dan tak ada orang lagi yang perlu metnbunuhnya dengan pedang. Nabi telah meramalkan kematiannya. Oleh karena itu, setelah menumpas kaum Khariji di Nahrawan, Amirul Mukminin keluar mencari, tetapi tidak menemukan mayatnya di mana-mana. Sementara itu, ar-Rayyan ibn Shabirah melihat sekitar empat puluh atau lima pupuh mayat di dalam lobang di tepi terusan. Ketika mayat-mayat itu dikeluarkan, mayat Dzuts-Tsudayyah juga terdapat di antara mereka. la dinamai Dzuts-Tsudayyah karena sebongkok daging di bahunya. Ketika Amirul Mukminin melihat mayatnya, ia berkata, "Allah Maha-besar, tidak saya berkata bohong, tidak pula saya dibohongi." (Ibn Abil Hadid, Syarh Nahjul Balâghah, XIII, h. 183-184; ath-Thabari, I, h. 3383-3384; Ibn Atsir, III, h. 348).