KHOTBAH 207- Ketika para sahabat Amirul Mukminin mengungkapkan rasa tak suka tentang sikapnya mengenai Arbitrasi, ia berkata

Ketika para sahabat Amirul Mukminin mengungkapkan rasa tak suka tentang sikapnya mengenai Arbitrasi,[1] ia berkata

 

Wahai manusia, urusan antara saya dan Anda berjalan sebagaimana yang saya inginkan, sampai peperangan meletihkan Anda. Demi Allah, hal itu telah memenangkan sebagian di antara Anda sekalian dan membiarkan yang lain-lainnya, dan telah selengkapnya melemahkan musuh Anda. Sampai kemarin saya memberi perintah, tetapi sekarang saya diberi perintah, dan sampai kemarin saya mencegah orang (dari berbuat salah), tetapi hari ini saya yang dicegah. Sekarang Anda telah menunjukkan kesukaan Anda untuk hidup di dunia ini, dan bukan bagi saya untuk membawa Anda kepada apa yang tidak Anda sukai. •

--------------------------------------------------------------------------------

[1] Ketika pasukan-pasukan Suriah yang masih hidup kehilangan pijakan dan siap untuk melarikan diri dari medan pertempuran, Mu'awiah mengubah seluruh fase pertempuran dengan menggunakan Al-Qur'an sebagai siasat, dan berhasil menciptakan perpecahan di kalangan orang 'Iraq. Walaupun Amirul Mukminin berusaha menasihati, mereka tidak bersedia melangkah maju, melainkan mendesak untuk menghentikan peperangan. Amirul Mukminin pun terpaksa menyetujui arbitrasi. Sebagian dari orang-orang itu sesungguhnya telah terkicuh dan percaya bahwa mereka sedang diminta untuk berpegang pada Al-Qur'an, tetapi ada pula orang-orang yang telah letih dengan pertempuran yang berkepanjangan dan telah hilang keberaniannya. Ketika mendapat kesempatan yang baik untuk menghentikan peperangan, mereka berteriak hingga parau untuk menangguhkannya. Ada orang lain yang telah menyertai Amirul Mukminin karena wewenang duniawinya, tetapi tidak mendukungnya dalam hati dan tidak pula bertujuan untuk mencapai kemenangan baginya. Ada sebagian orang yang mengandung harapan pada Mu'awiah, dan telah mulai melekatkan harapan padanya untuk ini, sementara ada pula orang yang sejak semula bersekutu dengannya. Dalam keadaan seperti itu, dan dengan tentara jenis ini, sesungguhnya hanyalah karena kecakapan politik dan kompetensi Amirul Mukminin dalam kontrol militer dan pemerintahan maka ia dapat melaksanakan peperangan hingga tahap itu. Dan sekiranya Mu'awiah tidak mengambil tipuan itu, tak ada keraguan akan kemenangan Amirul Mukminin, karena kekuatan militer pasukan Suriah telah habis dan kekalahan sedang mengincarnya. Dalam hal ini Ibn Abil Hadid berkata,

"Malik al-Asytar telah sampai kepada Mu'awiah dan mencengkeram lehernya. Seluruh kekuatan orang Suriah sudah dihancurkan. Gerakan mereka hanya seperti gerakan sisa-sisa ekor kadal yang terbunuh, tetapi ekor itu terus meloncat ke kanan dan ke kiri. (Syarh Nahjul Balâghah, II, h. 30-31)