SURAT 1- Ditujukan kepada Penduduk Kufah di Saat Perjalanannya dari Madinah ke Kûfah

Ditujukan kepada Penduduk Kufah di Saat Perjalanannya dari Madinah ke Kûfah [1]


Dari hamba Allah, 'Ali, Amirul Muknunin, kepada penduduk Kûfah yang paling terkemuka di antara para pendukung dan para kepala Arab.

Sekarang, saya memberitahukan kepada Anda tentang apa yang menimpa 'Utsman sedemikian rupa sehingga mendengamya akan seperti melihatnya. Rakyat mengecamnya, dan saya satu-satunya di antara Muhajirin yang meminta kepadanya untuk memuaskan (kaum Muslim) sebesar-besamya, dan paling sedikit menyakiti mereka. Tentang Thalhah dan Zubair, langkah mereka yang paling enteng terhadapnya adalah keras dan suara mereka yang paling lembut adalah bengis. 'A'isyah pun berang kepadanya.

Sesuai dengan itu, suatu kelompok mengalahkannya dan membunuhnya. Kemudian orang membaiat kepada saya, tidak dengan kekerasan atau paksaan, tetapi dengan taat dan atas kehendak bebas. 

Hendaklah Anda ketahui bahwa Madinah telah dikosongkan oleh para penghuninya dan mereka telah meninggalkannya. (Kota) itu sedang mendidih seperti belanga amat besar, dan pemberontakan dipasangkan pada poros-porosnya yang bergerak dengan kekuatan penuh. Maka bergegaslah Anda kepada amir Anda dan majulah untuk memerangi musuh Anda, apa-bila dikehendaki Allah yang bagi-Nya Kekuasaan dan Kerajaan. • 

--------------------------------------------------------------------------------

[1] lang=IN> Ibn Maitsam menulis (dalam Syarh Nahjul Balâghah, IV, h. 338) bahwa ketika mendengar tentang kekacauan yang ditimbulkan Thalhah dan Zubair, Amirul Mukminin berangkat ke Bashrah kemudian ia mengirim surat kepada penduduk Kûfah melalui Imam Hasan dan 'Ammar ibn Yasir, dari Mâ' al-Adzb, sedang Ibn Abil Hadîd menulis (dalam Syarh Nahjul Balâghah, XIV, h. 8, 16; Thabarî, I, h. 3139; Ibn al-Atsîr, III, h. 223) bahwa ketika Amirul Mukminin berkemah di Rabadzah ia mengirimkan surat ini melalui Muhammad ibn Ja'far ibn Abi Thâlib dan Muhammad ibn Abi Bakar. Dalam surat ini Amirul Mukminin menyoroti pokok bahwa pembunuhan 'Utsman adalah akibat usaha-usaha 'A'isyah, Thalhah dan Zubair, dan merekalah yang menonjol di dalamnya. Sebenarnya 'A'isyah keluar rumah dan membeberkan kekurangan-kekurangan 'Utsman di pertemuan-pertemuan umum dan menyatakan bahwa ia patut dibunuh. Syekh Muhammad 'Abduh menulis, 

"Pada suatu hari 'Utsman sedang di mimbar ketika Ummul Mu'minin 'A'isyah mengeluarkan sepatu dan jubah Nabi (saw) dari balik kerudungnya seraya berkata, 'Ini sepatu dan baju Nabi Allah, belum rusak, sedang Anda telah mengubah agamanya dan mengubah sunahnya.' Atasnya muncul perkataan-perkataan panas di antara mereka, ketika 'A'isyah berkata, 'Bunuhlah Na'tsal ini!', melambangkan 'Utsman dengan seorang Yahudi berjanggut panjang yang bernama demikian." (Nahjul Balâghah, Jilid II, h. 3) 

Orang sudah tidak menyukai 'Utsman sehingga peristiwa ini meningkatkan keberanian mereka lalu mereka mengepungnya dan menuntutnya memperbaiki caranya atau meninggalkan kekhalifahan. Dalam keadaan seperti itu ada ke khawatiran yang serius bahwa apabila ia tidak menerima salah satu dari keduanya, maka ia akan dibunuh. Semua ini diketahui 'A'isyah, tetapi ia tidak mempedulikannya. Dengan meninggalkannya dalam kepungan itu ia berangkat ke Makkah, walaupun pada kesempatan ini Marwan dan 'Attab ibn Asid mengatakan kepadanya, "Apabila Anda menunda keberangkatan Anda, mungkin nyawanya dapat diselamatkan dan gerombolan manusia itu mungkin bubar." Atasnya 'A'isyah menjawab, bahwa ia telah memutuskan untuk pergi berhaji dan hal itu tak dapat diubah. Kemudian Marwan membacakan bait syair berikut sebagai pepatah, 

"Qais membakar rumah saya, dan ketika api menyala, ia meloloskan diri darinya." 

Seperti itu juga, Thalhah dan Zubair berang terhadapnya dan mereka selalu maju mengipas-ngipas api dan mengintensifkan perlawanan. Dari sisi ini, mereka ikut mengambil bagian besar dalam pembunuhannya, dan memikul tanggung jawab atas darahnya. Orang lain pun mengetahui mereka dalam perspektif ini dan memandang mereka sebagai pembunuhnya, sedang para pendukung mereka pun tidak mampu memberikan penjelasan untuk membersihkan mereka. Maka Ibn Qutaibah menulis bahwa ketika Mughîrah ibn Syu'bah menemui Ummul Mukminin 'A'isyah di Authas, ia bertanya kepadanya, "Wahai, Ummul Mukminin, hendak ke mana Anda?" 'A'isyah menjawab, "Saya hendak ke Bashrah." Mughîrah bertanya untuk maksud apa dan ia menjawab, "Untuk membalas dendam atas darah 'Utsman." Mughîrah berkata, "Tetapi para pembunuhnya ada bersama Anda." Kemudian Mughîrah berpaling kepada Marwan dan menanyakan hendak ke mana dia. Marwan menjawab bahwa ia pun hendak ke Bashrah. la menanyakan maksudnya dan ia menjawab, "Untuk membalaskan darah 'Utsman". Kemudian Mughîrah berkata, "Para pembunuh 'Utsman ada bersama Anda. Thalhah dan Zubair ini yang telah membunuhnya." 

Bagaimanapun juga, setelah meletakkan kesalahan kepada Amirul Muknunin, kelompok yang telah membunuh 'Utsman itu sampai ke Bashrah. Amirul Mukminin juga bangkit untuk memadamkan pemberontakan itu. la menulis surat ini kepada penduduk Kûfah untuk beroleh dukungannya. Atasnya para pejuang dan prajurit mereka bangkit dalam jumlah besar dan mendaftarkan diri dalam pasukan tentara. Mereka menghadapi musuh dengan penuh keberanian yang diakui pula oleh Amirul Mukminin. Maka bagian surat yang berikut ini merupakan pengakuan atas kenyataan itu.