SURAT 44- Kepada Ziyad ibn Abih ketika Amirul Mukminin as mengetahui bahwa Mu'awiah telah menulis kepada Ziyad untuk menipunya dan untuk melekatkannya kepadanya

Saya mendengar bahwa Mu'awiah telah menulis kepadamu untuk menipu akalmu dan menumpulkan ketajamanmu. Engkau harus waspada terhadapnya, karena ia adalah setan yang mendekati seorang mukmin dari depan dan dari belakang, dari kanan dan dari kiri, untuk menerkamnya secara mendadak di saat lalainya dan mengalahkan akalnya.

Di masa 'Umar ibn Khaththab, Abu Sufyan [1] kebetulan mengucapkan suatu hal tanpa pikir yang merupakan suatu saran jahat dari setan, dari mana tiada kekerabatan dikukuhkan dan tak ada hak kewarisan terjadi. Orang yang mengandalkannya adalah seperti tamu yang tak diundang ke suatu pesta minum atau seperti mangkuk yang gemerencing (yang terikat pada pelana).

Sayid Radhi berkata: Ketika Ziyad membaca surat ini ia berkata, "Demi Allah, ia telah memberikan kesaksiannya." Hal itu tertinggal dalam pikirannya hingga Mu'awiah mengakuinya (sebagai saudaranya seayah). 

Kata yang digunakan Amirul Mukminin as "al-wâghil, berarti lelaki yang bergabung pada kelompok minum untuk minum-minum bersama mereka, tetapi ia bukan salah seorang di antara mereka. Karena itu ia terus-menerus diusir dan didorong keluar. Kata-kata "an-nauthul mudzabdzab” berarti mangkuk atau cangkir kayu atau semacamnya yang terpaut pada pelana penunggang sehingga bergemerencing bilamana si penunggang mengusir hewan itu atau mempercepat langkahnya. • 

--------------------------------------------------------------------------------

[1] Khalifah 'Umar mengirimkan Ziyad ke Yaman untuk suatu pertarungan. Ketika ia kembali setelah menyelesaikan tugasnya, ia berbicara dalam suatu pertemuan di mana juga terdapat Amirul Mukminin as, Khalifah 'Umar, 'Amr ibn al-'Ash, dan Abu Sufyan. Terkesan oleh pidatonya, 'Amr berkata, "Alangkah hebatnya pemuda itu! Sekiranya ia orang Quraisy, maka ia akan memimpin seluruh Tanah Arab dengan tongkatnya." Atasnya Abu Sufyan berkata, "la asal Quraisy, karena saya tahu ayahnya." 'Amr ibn al-'Ash menanyakan ayahnya, lalu Abu Sufyan berkata, "Saya." Para sejarawan juga berpendapat secara konklusif bahwa ibu Ziyad yang bernama Sumayyah adalah budak Harits ibn Kaldah dan dikawinkan dengan seorang budak bemama 'Ubaid, Sumayyah biasa menjalani kehidupan asusila di suatu bagian kota Tha'if yang terkenal sebagai Hâratul-Baghâyâ, dan lelaki asusila sering mengunjunginya. Pada suatu hari Abu Sufyan juga mendatanginya dengan perantaraan Abu Maryam Salûlî. Sebagai hasilnya, lahirlah Ziyad. Ketika 'Amr mendengar hal ini dari Abu Sufyan, ia mengatakan mengapa ia tidak mengumumkannya sebagai putranya sendiri. Abu Sufyan menunjuk kepada Khalifah 'Umar dan mengatakan bahwa ia takut kepada khalifah itu; kalau tidak maka ia akan mengumumkannya sebagai anaknya sendiri. Ketika beroleh kekuasaan, Mu'awiah memulai korespondensi dengannya karena ia memerlukan orang-orang yang cerdas, licik dan ahli rekayasa. Bagaimanapun, ketika Amirul Mukminin as beroleh informasi tentang korespondensi itu, ia menulis surat ini kepada Ziyad di mana ia memperingatkannya agar ia tak jatuh ke dalam perangkap Mu'awiah. Tetapi ia jatuh ke dalam perangkap itu dan bergabung dengan Mu'awiah, dan Mu'awiah menyatakan dia sebagai saudaranya dengan menarik dia ke dalam familinya, padahal Nabi (saw) telah mengatakan, 

"Anak pergi ke suami (yang sah) sementara si pezina dirajam."