SURAT 65- Kepada Mu'awiah

Amma ba'du, inilah saatnya[1] Anda harus mengambil manfaat dengan melaksanakan pandangan yang jernih tentang masalah-masalah pokok, karena Anda telah melangkah di jalan kakek-kakek Anda dalam membuat pengakuan-pengakuan yang batil, menyebarkan kebohongan dan gagasan-gagasan yang tak benar, mengakui sendiri apa yang jauh di atas Anda dan menuntut apa yang tidak dimaksudkan untuk Anda, karena engkau hendak berpaling dari hak dan mendurhaka terhadap apa yang terpaut erat pada daging dan darahmu, yakni apa yang telah didengar oleh kedalaman telingamu dan telah memenuhi dadamu. Dan setelah meninggalkan yang benar, tak ada lagi yang tertinggal kecuali kesesatan yang jelas; dan setelah mengabaikan pemyataan (yang terang), tak ada lagi kecuali kebingungan. Oleh karena itu, engkau harus menjaga (dirimu) terhadap keraguan dan akibat-akibat buruk kebingungannya, karena selama waktu panjang bencana telah menyebarkan tirai-tirainya dan kegelapannya membutakan matamu.

Saya telah membaca suratmu yang penuh dengan ucapan-ucapan besar yang melemahkan maksud perdamaian, serta ungkapan-ungkapan kosong yang tidak dipersiapkan dengan pengetahuan dan kesabaran. Dengan alasan itu engkau telah menjadi seperti orang yang sedang tenggelam dalam suatu rawa atau meraba-raba di tempat yang gelap. Engkau telah mengangkat dirimu ke suatu kedudukan yang sulit didekati dan kosong dari setiap tanda (untuk memandu). Bahkan layangan raja pun tak dapat mencapainya. Itu sejajar dengan bintang 'Ayyuq di ketinggian.

Semoga dijauhkan Allah bila engkau menjadi penanggung jawab urusan umat setelah saya memegang wewenang sebagai Khalifah, atau bahwa saya mengeluarkan suatu fatwa atau dokumen yang membiarkan wewenang kepadamu atas salah seorang (saja pun) dari mereka. Oleh karena itu, sejak sekarang dan seterusnya, jagalah dirimu dan waspadalah, karena apabila engkau membangkang hingga hamba-hamba Allah (terpaksa) menyerbumu, maka urusan akan tertutup bagimu dan barang sesuatu yang dapat diterima hari ini tidak akan diterima saat itu. Wasalam. •

--------------------------------------------------------------------------------

[1] Pada akhir perang Khariji, Mu'awiah menulis surat kepada Anunil Mukminin, di mana, sebagaimana biasanya, ia mengumbar diri dengan lemparan lumpur. Sebagai jawabannya Ainirul Mukminin menulis surat ini, di mana ia bemsaha menarik perhatian Mu'awiah kepada fakta-fakta yang jelas tentang pertempuran Khariji itu sendiri, karena pertempuran ini terjadi sesuai dengan ramalan Nabi (saw), sedang Amirul Mukminin sendiri pun telah mengatakan sebelum pertempuran itu bahwa selain kaum Jamal dan Shiffin ia masih hams memerangi suatu kelompok lain, yakni para penyeleweng agama, kaum Khariji. Terjadinya pertempuran ini, dan terbunuhnya lelaki dengan dada busung (Dzuts-Tsudayyah) mempakan bukti yang jelas bahwa Amirul Mukminin adalah di pihak yang benar. Apabila Mu'awiah tidak terobsesi dengan pengiklanan diri dan hawa nafsu untuk penaklukan, dan tidak menutup matanya terhadap kebenaran sebagaimana nenek moyangnya, Abu Sufyan dan 'Utbah tentu ia akan melihat yang benar dan datang kepada jalan kebenaran. Tetapi, karena terdesak oleh kecenderungan alami, ia selalu mengelakkan hak dan kebenaran dan membutakan diri terhadap kata-kata Nabi yang menyinari keimaman dan kekhalifahan Amirul Mukminin. Karena berada bersama Nabi pada Haji Perpisahan, ucapan Nabi tentang "Bagi siapa yang saya adalah walinya, maka 'Ali adalah walinya" dan karena kehadirannya di waktu perang Tabuk, ucapan Nabi bahwa, "Ya 'Ali, Anda bagi saya adalah seperti Harun bagi Musa" tidak tersembunyi baginya. Walaupun adanya semua ini, ia menjalani kehidupannya dengan menyembunyikan yang hak dan mendorong kebatilan. Ini tidak disebabkan karena sesuatu salah paham, tetapi nafsunya untuk kekuasaan terus mendorongnya untuk menekan dan memijak-mijak kebenaran dan keadilan.