KHOTBAH 127- Tentang Kejadian-kejadian Penting di Bashrah

Hai, Ahnaf! Seakan-akan saya melihat dia sedang maju dengan suatu tentara yang tak berdebu dan tak berisik, tak ada pula gemerincing kekang, tiada juga (bunyi) kuda mereka yang mendekat. Mereka memijak-mijak bumi dengan kakinya seakan-akan kaki mereka adalah kaki burung unta.

Sayid Radhi berkata: Amirul Mukminin menunjuk kepada pemimpin orang Negro (shahibuz-Zanj),* Kemudian Amirul Mukminin berkata:

Celaka bagi Anda (penduduk Bashrah) yang menghuni jalan-jalan dan menghiasi rumah-rumah yang bersayap seperti sayap rajawali, dan ber-belalai seperti belalai gajah; mereka adalah orang-orang yang apabila seseorang terbunuh di antaranya, ia tidak ditangisi, dan apabila seseorang hilang ia tidak dicari. Saya membalikkan dunia ini pada wajahnya, hanya menilainya menurut nilainya (yang rendah), dan memandangnya dengan sebelah mata yang patut baginya.

Bagian dari Khotbah yang Sama Mengenai orang Turki (Mongol)


Saya dapat melihat suatu kaum yang wajahnya seperti perisai yang diliputi kulit yang diserut kasar.[1] Mereka berpakaian sutra dan bulu domba, dan mencintai kuda-kuda yang hebat. Pembunuhan dan pertumpahan darah oleh mereka akan terjadi dengan bebas, hingga yang terluka akan berjalan di atas yang mati, dan jumlah orang yang melarikan diri kurang dari yang tertawan.

Seorang di antara sahabatnya berkata kepadanya, "Wahai, Amirul Mukminin, Anda telah diberi pengetahuan tentang hal-hal yang gaib. Atasnya Amirul Mukminin tertawa seraya mengatakan kepada orang yang termasuk suku Bani Kalb itu:

Wahai, Saudara Kalb! Ini bukanlah pengetahuan tentang hal-hal yang gaib;[2] hal-hal ini telah diperoleh dari beliau (Nabi) yang mengetahuinya. Pengetahuan tentang yang gaib berarti pengetahuan tentang Hari Kebangkitan, dan hal-hal yang diliput Allah dalam ayat,

Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang HariKiarnat. (QS. 31:34)

Oleh karena itu, hanya Allah yang mengetahui apa yang ada dalam kandungan, apakah lelaki atau perempuan, buruk atau bagus, pemurah atau kikir, jahat atau saleh, dan siapa yang menjadi bahan bakar untuk neraka dan siapa yang akan menjadi sahabat para nabi di surga. Inilah pengetahuan gaib yang tak diketahui siapa pun selain Allah. Semua yang lainnya adalah yang pengetahuannya disampaikan Allah kepada Nabi-Nya, dan beliau menyampaikannya kepada saya serta mendoakan saya agar dada saya dapat menampungnya dan rusuk saya dapat menahannya. •

--------------------------------------------------------------------------------

* Ali ibn Muhammad dilahirkan di desa Warzanin di pinggiran kota Rai (di Iran), dan termasuk sekte Kkariji Azariqah. la mengaku sayid (turunan Nabi) dengan memperkenalkan dirinya sebagai Muhammad ibn Ahmad al-Mukhtafi ibn 'lsa ibn Zaid ibn 'Ali ibn al-Husain ibn 'AIi ibn Abi Thalib, tetapi para ahli silsilah dan biografi tidak menerima pengakuannya sebagai sayid dan telah memberikan nama ayahnya sebagai Muhammad ibn 'Abdur-Rahman ketimbang Muhammad ibn Ahmad. 'Abdur-Rahman ibn Ahmad berasal dari suku 'Abd al-Qais dan dilahirkan oleh seorang wanita budak asal Sindi.

'Ali ibn Muhammad bangkit sebagai pengacau tahun 255 H. (868 M.) dalam masa pemerintahan al-Muhtadi Billah, dan penduduk pedesaan Bashrah bersekutu dengannya dengan janji akan diberi uang, harta dan kebebasan. la memasuki Bashrah pada 17 Syawal 255 H., membunuh dan merampok. Hanya dalam dua hari ia menewaskan 30.000 orang laki-laki, perempuan dan anak-anak dan melakukan penindasan, pertumpahan darah, kebengisan dan kebuasan. la membongkar rumah-rumah, membakar mesjid, dan setelah pembunuhan yang berkelanjutan dan pemusnahan selama 14 tahun, ia sendiri terbunuh dalam bulan Safar 270 H. di masa pemerintahan Muwaffaq Billah. Lalu rakyat pun luput dari perbuatan pemusnahannya.

Ramalan Amirul Mukminin adalah salah satu dari ramalan-ramalan yang menunjukkan pengetahuannya akan hal-hal yang tak nampak. Detail-detail tentaranya yang diberikan oleh Amirul Mukminin, yakni tak ada ringkik kuda, tak ada bunyi gerakan senjata di dalamnya, merupakan fakta sejarah. Sejarawan Thabari menulis bahwa ketika orang ini sampai ke dekat al-Karkh (suatu sektor di Baghdad) dengan maksud mengacau, orang di situ menyambutnya, dan seorang lelaki menghadiahinya seekor kuda yang untuknya tak dapat diperoleh kekang walaupun dicari ke mana-mana. Akhirnya ia menungganginya dengan menggunakan seutas tali sebagai kendalinya. Demikian pula, di masa itu hanya ada tiga pedang dalam pasukannya—satu padanya sendiri, satu pada 'Ali ibn Aban al-Muhallabi, dan satu lagi pada Muhammad ibn Salm, tetapi kemudian mereka menambah beberapa senjata lagi dengan menjarah.

[1] Ramalan Amirul Mukminin ini ialah tentang serangan kaum Tartar (Mongol) yang berasal dari gurun Mongolia di barat laut Turkistan. Suku-suku yang setengah liar ini hidup dengan menjarah, membunuh dan menghancurkan. Mereka biasa berperang di antara sesamanya dan menyerang daerah-daerah tetangganya. Masing-masing suku mempunyai pemimpinnya sendiri yang harus bertanggung jawab atas perlindungan bagi anggota sukunya. Jenghis Khan (Temujin) yang merupakan salah satu kepala suku yang berkuasa dan sangat gagah berani bangkit untuk mengorganisasi suku-suku yang terpecah belah itu untuk bersatu. Walaupun mulanya ditentang, ia berhasil menaklukkan mereka melalui keberanian dan kecerdikannya. Setelah mengumpulkan sejumlah besar rakyat di bawah panjinya, ia bangkit di tahun 606 H. (1208 M.) seakan badai lalu terus menguasai kota-kota dan menghancurkan penduduk hingga ia menaklukkan wilayah-wilayah sampai Cina Utara.

Ketika wewenangnya telah mapan, ia menawarkan perjanjian penyelesaian dengan 'Ala'uddin Kharazm Syah, penguasa negara tetangga Turkistan, dan melalui utusan ditetapkanlah suatu perjanjian dengannya bahwa para pedagang Tartar akan diperkenankan mengunjungi negerinya untuk berdagang, dan nyawa serta harta mereka tidak akan diganggu. Selama beberapa waktu mereka berdagang dengan bebas tanpa takul. Tetapi pada suatu ketika ‘Ala’uddin menuduh mereka melakukan kegiatan mata-mata, lalu merampas harta mereka dan me-nyuruh kepala suku Atrar membunuh mereka. Ketika Jenghis Khan mendengar tentang pelanggaran janji dan pembunuhan para pedagang Tartar itu, matanya berapi-api, tubuhnya gemetar karena berang. la mengirimkan pesan kepada ‘Ala’uddin supaya mengirimkan kembali barang-barang para pedagang Tartar itu dan menyerahkan kepadanya pemimpin Suku Atrar yang membunuh mereka. 'AIa'uddin yang sedang gila kuasa tidak mempedulikannya. Dengan pandangan picik ia bahkan membunuh utusan Jenghis Khan. Jenghis Khan kehilangan sabar. la bangkit dengan pedang di tangan, dan para pejuang Tartar menyerbu Bukhara dengan pasukan berkudanya. 'Ala'uddin keluar dengan 400.000 prajurit untuk menghadapinya, tetapi tak mampu menahan serangan pasukan Tartar yang tak berkeputusan. Setelah kalah hanya dalam beberapa serangan, ‘Ala’uddin lari ke Nisyabur menyeberangi sungai Jatarxes (Sihun). Orang Tartar menghancurkan Bukhara dan meratakannya dengan tanah. Mereka meruntuhkan sekolah-sekolah, mesjid, membakar rumah-rumah, membunuh laki-laki dan perempuan tanpa pilih bulu. Tahun berikutnya mereka menyerbu Samarkand dan menhancurkannya sama sekali. Setelah larinya 'Ala'uddin, putranya Jalaluddm Kharazm Syah mengambil alih kekuasaan pemerintahan. Orang Tartar memburunya pula, dan selama sepuluh tahun ia lari dari satu tempat ke tempat lainnya tetapi -tidak jatuh ke tangan mereka. Akhirnya ia manyeberangi sungai keluar dari kerajaannya. Dalam waktu itu orang Tartar berusaha keras untuk menghancurkan negeri yang berpenduduk dan memusnahkan manusia. Tak ada kota yang luput dari kehancuran dan tak ada penduduk yang lepas dari penindasannya. Ke mana saja mereka pergi, mereka mengacaukan kerajaan, menumbangkan pemerintahan, dan dalam waktu singkat mereka memapankan kekuasaannya di bagian utara Asia.

Ketika Jenghis Khan mati 622 H. (1224 M.). putranya Ogedei Khan menggantikannya. la mencari Jalaluddin dan berhasil membunuhnya di tahun 628 H. (1230 M). Setelah dia, Mongka Khan, putra anak Jenghis Khan yang lain, naik tahta. Setelah Mongka Khan, Kubilai Khan menggantikannya atas sebagian negeri dan kekuasaan atas Asia jatuh kepada saudaranya, Hulagu Khan. Setelah pembagian atas seluruh wilayah di antara para cucu Jenghis Khan, Hulagu Khan berpikir untuk menaklukkan wilayah-wilayah Islam. Ketika itu penganut mazhab Hanafi di Khurasan (Iran Timur) yang sedang bermusuhan dengan penganut mazhab Syafi’i, mengundangnya untuk menyerang Khurasan. Maka ia pun memimpin serangan ke Khurasan. Kalangan Hanafi yang berpikir bahwa mereka akan selamat dari serangan orang Tartar, membukakan gerbang kota. Tetapi orang Tartar tidak membeda-bedakan penganut mazhab Hanafi atau Syafi'i; mereka membunuh tanpa pilih bulu. Setelah membunuh sebagian besar penduduknya, mereka mendudukinya. Perselisihan penganut Hanafi dan Syafi'i membuka pintu baginya untuk menaklukkan 'Iraq. Akibatnya, setelah menaklukkan Khurasan, keberaniannya meningkat, dan di tahun 656 H. (1258 M). ia menyerbu Baghdad pada hari 'Asyura dengan membawa pertumpahan darah dan kehancuran. Orang Tartar terus dalam kesibukan membunuh selama empat puluh hari. Sungai darah mengalir di jalan-jalan dan semua lorong dipenenuhi mayat. Ratusan ribu orang menjadi umpan pedang sementara Khalifah Musta'shim Billah diinjak-injak sampai mati. Hanya orang-orang yang bersembunyi dalam sumur atau tempat-tempat di bawah tanah hingga tak kelihatan yang selamat dari maut. Itulah ke-hancuran Baghdad yang menggoncang kekhalifahan 'Abbasiah hingga ke akar-akarnya sampai tenggelam sama sekali.

Beberapa orang sejarawan menimpakan kesalahan atas kehancuran itu pada Ibn al-'Alqami (Abu Thalib, Muhammad ibn Ahmad al-Baghdadi), menteri Khalifah Musta'shim Billah, dengan mengajukan bahwa ia tergerak oleh orang Syi'ah pada umumnya dan karena kehancuran sektor al-Khark (dalam kota Baghdad), lalu ia mengundang Hulagu Khan melalui menteri Hulagu Khan yang ulama besar, Nashiruddin Muhammad ibn Muhammad ath-Thusi, untuk menyerbu Baghdad. Sekiranyapun demikian, tidak mungkin mengabaikan kenyataan sejarah bahwa sebelumnya Khalifah Nasir Lidinillah telah menginisiatifkan gerakan untuk menyerang wilayah-wilayah Muslim. Ketika para Syah Kharazm menolak untuk mengakui kekuasaan khalifah itu, ia mengirim pesan kepada Jenghis Khan untuk menyerbu Kharazm; dari situ orang Tartar mengerti bahwa tidak ada persatuan dan kerjasama di kalangan kaum Muslim. Setelah itu kaum Hanafi mengundang Hulagu Khan untuk menghancurkan kaum Syafi'i yang menyebabkan orang Tartar beroleh kekuasaan atas Khurasan, dan mempersiapkan diri untuk menyerbu Baghdad. Dalam keadaan demikian, sekadar menganggap Ibn al-'Alqami sebagai penyebab kehancuran Baghdad dan mengabaikan perbuatan Nasir Lidinillah dan perseteruan antara kaum Hanafi dan Syafi'i akan berarti menutup-nutupi fakta. Faktanya, penyebab kehancuran Baghdad adalah justru penaklukan Khurasan, yang penggeraknya yang sesungguhnya adalah para penduduk penganut Hanafi di situ. Dengan penaklukan inilah Hulagu Khan menjadi berani untuk menyerbu pusat Islam itu; tak mungkin hanya disebabkan oleh pesan satu orang maka ia menyerbu sebuah ibu kota tua seperti Baghdad, yang kekuatan dan kebesarannya telah membangkitkan kekaguman dan ketakutan di dalam hati sebagian besar dunia.

[2] Mengetahui hal-hal tersembunyi pada tahap pribadi tidaklah sama dengan dikaruniai Allah pengetahuan tentang suatu hal dan menyampaikannya kepada orang lain. Pengetahuan tentang ha)-hal yang akan datang yang dimiliki para nabi dan wali mereka peroleh melalui ajaran dan pemberitahuan Allah. Hanya Allah yang memiliki pengetahuan tentang peristiwa-peristiwa yang akan terjadi di masa depan. Tentu saja la menyampaikan pengetahuan ini kepada siapa yang la kehendaki. Maka la berfirman,

"(Dia adalah Tuhanj Yang mengetahui yang gaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada senrang pun tentang yang gaib itu. Kecuali kepada Rasul yang diridai-Nyu ...." (QS. 72:26-27)

Amirul Mukminin pun menerima pengetahuan tentang waktu yang akan datang mclalui ajaran Nabi atau ilham dari Allah; kata-kata Amirul Mukminin itu merupakan buktinya. Tentu saja kadang-kadang tidak patut atau tidak bijaksana untuk mcngungkapkan hal-hal tcrtentu dan dibiarkan saja berada di balik tirai. Kemudian tak ada seorang pun akan mengetahuinya sebagaimana firman Allah,

"Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nyalah pengetahuun tentang Hari Kiumat; dan Dialah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dulum rahim. Dun tiuda seorang pun yung dapat mengetahui (dengan pusti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun vang dupat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetuhui lugi Maha Mengenal. " (QS. 31:34)