KHOTBAH 145- Diucapkan ketika 'Umar ibn Khaththab meminta pendapat Amirul Mukminin tentang ikut sertanya dalam Perang Persia

Diucapkan ketika 'Umar ibn Khaththab meminta pendapat Amirul Mukminin tentang ikut sertanya dalam Perang Persia[1]


Dalam urusan ini, kemenangan atau kekalahan tidak tergantung pada besar atau kecilnya pasukan. Agama Allah yang telah diangkat-Nya di atas segala agama, dan tentaranya yang telah la gerakkan dan luaskan hingga mencapai titik di mana sekarang mereka berdiri dan telah tiba pada kedudukannya sekarang. Kita memegang janji Allah, dan la akan memenuhi janji-Nya dan mendukung tentara-Nya.

Kedudukan kepala pemerintahan adalah fsepertij kedudukan benang bagi manik-manik, karena ia menghubungkan dan mengumpulkan mereka. Apabila benang putus, mereka akan terserak dan hilang dan tak akan berkumpul lagi. Orang Arab sekarang, sekalipun kecil dalam jumlahnya, adalah besar karena Islam, dan kuat karena persatuan. Anda harus tetap sebagai poros bagi mereka, dan memutar gilingan (pemerintahan) dengan (pertolongan) orang Arab, dan menjadi akar mereka. Menjauhlah (Anda) dari pertempuran, karena apabila Anda meninggalkan tempat ini maka orang Arab akan menyerang Anda dari semua sisi dan arah hingga tempat-tempat yang tak terkawal yang Anda tinggalkan akan menjadi lebih penting daripada yang ada di hadapan Anda.

Apabila orang Persia melihat Anda besok, mereka akan mengatakan, "la adalah akar (kepala) Arabia. Apabila kita menyingkirkan dia maka kita akan aman." Maka hal ini akan meninggikan gairah mereka menentang Anda, dan kemauan mereka akan tertuju kepada Anda. Anda katakan bahwa mereka telah berangkat untuk bertempur melawan kaum Muslim. Nah, Allah membenci keberangkatan mereka lebih dari Anda, dan la lebih mampu mencegah apa yang la benci. Mengenai gagasan Anda tentang jumlah (besar) mereka, di waktu lalu kita tidak berperang atas kekuatan jumlah yang besar, tetapi kita berperang atas dasar dukungan dan bantuan Allah. •

--------------------------------------------------------------------------------

[1] Beberapa orang menasihati Khalifah 'Umar untuk menyertai pertempuran Qadisiyyah atau Nahawand. Karena ia menganggapnya bertentangan dengan kecenderungan pribadinya maka ia merasa perlu meminta pendapat Amirul Mukminin. Apabila Amirul Mukminin menasihatinya berlawanan dengan nasihat orang-orang itu, ia akan mengajukan alasan untuk tidak ikut serta berdasarkan nasihat 'AIi; tetapi, apabila 'Ali juga menasihatinya untuk ikut scrta dalam pertempuran maka ia akan mencari alasan lain. Namun, tidak seperti orang lain, Amirul Mukminin menasihatinya untuk tinggal. Orang lain menasihatinya untuk turut bertempur, karcna Nabi tidak hanya mengirim orang melainkan beliau sendiri ikut serta pula bersama para kerabatnya yang dekat. Yang dilihat Amirul Mukminin adalah bahwa kehadiran 'Umar dalam pertempuran itu tak akan bermanfaat bagi Islam, malah tinggalnya dia akan menyelamatkan kaum Muslim dari perpecahan.

Pandangan Amirul Mukminin bahwa kedudukan kepala pemerintahan adalah seperti poros yang di seputarnya sistem pemermtahan berputar adalah suatu pokok prinsip yang tak ada kaitannya dengan kepribadian tertentu. Baik pemerintah itu Muslim ataupun tidak, adil atau lalim, bajik atau mungkar, untuk pemerintahan suatu negara, kehadiran penguasa merupakan kemestian, sebagaimana telah diterangkan Amirul Mukminin di tempat lain secara panjang lebar, 

"Nyatanya tak ada jalan lepas bagi manusia dari penguasa, baik atau buruk. Orang-orang beriman beramal (baik) dalam pemerintahannya sementara orang kafir menikmati manfaat (duniawij di dalamnya. Dalam pemerintahan itu Allah akan membawa segalanya ke lujuan. Melalui si pcnguasa, pajak dikumpulkan, musuh diperangi, jalan-jalan dilindungi, dan hak orang lemah diambil dari orang kuat, sampai orang bajik mcnikmati kcdamaian dan diberi perlindungan dari (penindasan) si jahat." (Khotbah 40)

Kata-kata Amirul Mukminin yang diucapkan dalam nasihatnya tidak me-nunjukkan suatu kualitas dari Khalifah 'Umar, kecuali bahwa dia adalah penguasa. Tak ada keraguan bahwa ia memegang wewenang duniawi, terlepas dari masalah apakah hal itu diperoleh melalui jalan yang benar atau salah. Dan di mana ada pemerintahan, di sana ada pemusatan urusan rakyat. Itulah sebabnya maka Amirul Mukminin mengatakan bahwa apabila 'Umar pergi maka orang Arab akan mengikutinya dalam jumlah besar-besaran ke medan pertempuran, karena bila penguasa dalam perjalanan maka rakyat tak akan mau tertinggal. Akibatnya, perginya mereka akan menyebabkan kota-kota menjadi kosong, dan musuh akan menyimpulkan dari tibanya mereka di medan pertempuran bahwa kota-kota Islam sedang kosong dan bahwa apabila kaum Muslim terpukul mundur maka tak ada bantuan yang akan sampai kepada kaum Muslim itu dari pusat pemerintahan. Lagi pula, apabila si penguasa terbunuh maka tentara akan tercerai-berai dengan sendirinya karena si penguasa adalah fondasinya. Apabila fondasi tergoncang maka tembok-tembok tak akan mampu berdiri. Kata ashlul 'Arab (akar utama Arabia) tidak digunakan oleh Amirul Mukminin sebagai kata-katanya sendiri; ia mengambilnya dari orang Persia. Jelaslah bahwa dalam kapasitasnya sebagai kepala Negara, Khalifah 'Umar adalah, dalam pandangan mereka, penguasa Tanah Arab. Di samping itu, rujukan itu adalah kepada negara, bukan Islam atau kaum Muslim, sehingga tak ada sualu kesan yang berarti baginya dari sisi pandang Islam.

Amirul Mukminin menunjukkan kepada Khalifah 'Umar bahwa bila ia sampai di sana, orang-orang Persia akan menjadikannya sasaran; dan apabila ia jatuh ke tangan musuh mereka tidak akan membiarkannya tanpa dibunuh. Kata-kata semacam itu akan menggugah orang pemberani untuk segera bangkit dan meningkatkan semangatnya, tetapi 'Umar menyukai nasihat untuk tinggal dan berpikir bahwa adalah lebih baik menjauhkan diri dari api pertempuran. Apabila nasihat ini tidak sesuai dengan kecendcrungan pnbadinya maka ia tak akan menerimanya dengan demikian senangnya; ia akan berusaha untuk berargumentasi bahwa pemerintahan negara dapat dipelihara dengan meninggalkan seorang wakil. Lagi pula, setelah orang lain menasihatinya untuk pergi maka apakah gunanya ia meminta nasihat Amirul Mukminin kecuali untuk mendapatkan alasan unluk tinggal?