KHOTBAH 151- Tentang Kebesaran dan Sifat-sifat Alllah

Tentang Kebesaran dan Sifat-sifat Alllah[1]


Segala puji bagi Allah yang bukti maujud-Nya adalah melalui penciptaan-Nya, yang (bukti) azali-Nya melalui kebaruan ciptaan-Nya, dan melalui saling serupanya kenyataan bahwa tak ada yang sama dengan-Nya. Indera tak dapat menyentuh-Nya dan tirai tak dapat menabiri-Nya, karena perbedaan antara Pembuat dan yang dibuat, Pembatas dan yang dibatasi dan Pemelihara dan yang dipelihara.

la Satu tapi bukan yang pertama dalam hitungan, Pencipta tetapi bukan melalui kegiatan kerja, Pendengar tetapi bukan melalui suatu organ fisik, Pelihat tetapi bukan dengan membentangkan kelopak mata, Saksi tetapi bukan dengan kedekatan, Terpisah tetapi bukan dengan ukuran jarak, Zhâhir tetapi bukan dengan penglihatan, dan Bâthin tetapi bukan karena kehalusan (jasadi). la Nyata (berbeda) dari segala sesuatu karena la mengalahkan dan menguasainya, sementara segala sesuatu berbeda dari Dia karena penyerahan mereka kepada-Nya dan berpalingnya mereka kepada-Nya.

Barangsiapa menggambarkan-Nya, ia membatasi-Nya. Barangsiapa membatasi-Nya, ia memberi jumlah kepada-Nya. Orang yang memberi jumlah kepada-Nya menyangkal keabadian-Nya. Barangsiapa mengatakan "bagaimana" (berarti ia) mencari gambaran bagi-Nya. Barangsiapa mengatakan "di mana", mengikat-Nya. la mengetahui walaupun tak ada yang akan diketahui. la Pemelihara walaupun tak ada yang akan dipelihara. Ia Kuasa sekalipun tak ada yang akan dikuasai.

Sebagian dari Khotbah yang Sama Tentang Para Imam


Si pembangkit telah bangkit, si pemercik telah memercik, si pemuncul telah muncul, dan yang bengkok telah diluruskan. Allah telah menggantikan satu umat dengan (umat) yang lain dan satu hari dengan (hari) lain. Kami menunggu-nunggu perubahan ini sebagai yang terlanda kelaparan menunggu hujan. Sesungguhnya para imam adalah para khalifah Allah atas makhluk-makhluk-Nya dan mereka membuat makhluk-makhluk itu mengenal Allah. Tak seorang pun akan memasuki surga kecuali yang mengenal mereka dan mengenal Dia, dan tak seorang pun akan masuk neraka kecuali yang menolak mereka dan menolak Dia.

Allah Yang Mahasuci telah memuliakan Anda dengan Islam dan telah memilih Anda untuk itu. Karena (Islam) itu adalah nama keselamatan dan kumpulan kemuliaan. Allah Yang Mahasuci memilih jalannya dan raen bukakan hujah-hujahnya melalui pengetahuan yang terbuka dan rahasia. Keajaiban-keajaibannya (Al-Qur'an) tidak berkesudahan dan kehalusannya tak berakhir. (Al-Qur'an) itu mengandung rahmat dan la lampu (bagi) kegelapan. (Pintu-pintu) kebajikan tak dapat dibuka kecuali dengan kunci-kuncinya, kegelapan tak dapat dilenyapkan kecuali dengan lampu-lampunya. Allah telah melindungi pokok-pokok yang tak terjangkau (dari musuh) dan mengizinkan penggembalaan (para pengikutnya) di padang-padangnya. la mengandung pelindung (dari keluhan dan kesesatan) bagi para pencari kesembuhan, dan penuh dukungan bagi pencari dukungan.

--------------------------------------------------------------------------------

[1] Bagian pertama dari Khotbah ini terdiri dari masalah-masalah penting mengenai pengetahuan tentang mengenal Allah, di mana Amirul Mukminin menyoroti masalah bahwa Allah adalah azali dan sifat-sifat-Nya sama dengan diri-Nya sendiri. Bila kita perhatikan penciptaan, kita lihat bahwa pada setiap gerakan ada yang menggerakkan, dari mana setiap orang yang berakal normal terpaksa menyimpulkan bahwa tak ada akibat dapat muncul tanpa sebab. Bayi beberapa hari pun, apabila tubuhnya disentuh, merasakan dalam kesadarannya bahwa sesuatu telah menyentuhnya. la menunjukkannya dengan membuka mata atau berpaling dan melihat. Maka bagaimana penciptaan dunia dan sistem dari segala ciptaan ini dapat diatur tanpa Pencipta atau Pengatur? Setelah diakui adanya Pencipta, maka harus pula diakui bahwa la berada dengan sendiri-Nya, setiap yang mempunyai awal mesti mempunyai pusat keberadaan dan kemudian akan berakhir. Apabila itu pun memerlukan satu Pencipta, maka akan timbul pertanyaan apakah pencipta ini juga diciptakan oleh suatu pencipta lain ataukah ia berada dengan sendirinya. Jadi, kecuali dengan mengakui adanya Pencipta yang berada Sendiri, yang menjadi penyebab dari segala sebab, pikiran akan tetap meraba-raba dalam gua sebab akibat, dan tak akan pernah mendapat gagasan tentang ujung-ujung akhir dari rangkaian penciptaan. la akan terjerumus ke dalam argumen melingkar dan tidak akan mencapai suatu kesudahan. Apabila si pencipta itu dipandang sebagai telah menciptakan diri sendiri, maka akan ada dua kemungkinan, ia (asalnya) ada atau tak ada. Apabila ia tak ada, maka tak mungkin dia yang tak ada menciptakan yang ada. Apabila ia ada sebelum menciptakan dirinya sendiri, maka tak ada maknanya lagi. Karena itu, maka perlulah mempercayai bahwa Pencipta itu haruslah suatu Wujud yang tidak bergantung pada suatu pencipta lain, dan segala sesuatu lainnya tergantung pada-Nya. Ketergantungan dari seluruh ciptaan ini adalah bukti bahwa keberadaan dari Sumber segala ciptaan adalah kekal dan abadi. Dan karena semua wujud selain Dia dapat berubah-ubah, bergantung pada posisi dan tempat dan serupa dengan sesamanya dalam sifat-sifatnya, dan karena keserupaan mengantarkan kepada kemajmukan sedang keesaan tidak mempunyai persamaan selain dengan dirinya sendiri, maka tak ada sesuatu yang seperti Dia. Bahkan benda yang disebut satu tak dapat dipandang serupa dengan Keesaan-Nya karena la satu dan tunggal dalam setiap seginya. la bebas dan suci dari semua sifat yang terdapat dalam tubuh atau benda karena la bukan tubuh, warna atau bentuk, dan tidak la terletak di mana pun, tidak pula terbatas pada suatu tempat. Oleh karena itu, manusia tak melihat atau mengerti-Nya melalui indera atau perasaannya, karena indera hanya dapat mengetahui hal-hal yang sesuai dengan batas-batas waktu, ruang dan benda. Mempercayai bahwa la dapat dilihat adalah mempercayai bahwa la mempunyai tubuh; tetapi, karena la bukan jasad, dan la tidak berada melalui suatu jasad, dan la tidak terletak pada suatu arah atau tempat, tak mungkin la dilihat. Tetapi keadaan-Nya yang tak terlihat (gaib) tidaklah seperti jasad material yang halus yang disebabkan oleh kehalusannya mata menembusinya tetapi tak mampu melihatnya, seperti, misalnya, udara di angkasa lepas. Tetapi ia tak terlihat karena keberadaan-Nya sendiri. Walaupun demikian tak ada yang tak terlihat bagi-Nya. la melihat dan mendengar, tetapi tidak tergantung pada indera penglihatan dan pendengaran; karena, apabila la memerlukan organ tubuh untuk mendengar dan melihat maka la akan memerlukan hal-hal dari luar untuk kesempurnaan-Nya dan akan tidak menipakan Wujud Yang Sempurna, sedangkan la sempuma di segala segi dan tak ada sifat sempurna yang di luar Diri-Nya. Mempercayai sifat-sifat secara terpisah dari Diri-Nya akan berarti bahwa ada suatu diri dan beberapa sifat dan gabungan diri dan sifat-sifat itu ialah Allah. Tetapi, sesuatu yang majemuk bergantung pada bagian-bagianftya, dan bagian-bagian ini harus ada sebelum tergabung dalam suatu keseluruhan. Apabila bagian-bagian itu berada sejak lebih dahulu, maka bagaimana mungkin keseluruhan itu berada sejak azali dan kekal padahal keberadaannya lebih ketnudian dari bagian-bagiannya. Tetapi Allah mempunyai sifat mengetahui, kuasa dan memelihara sekalipun bila tak ada sesuatu yang maujud, karena tak ada dari sifat-sifat-Nya yang tercipta pada diri-Nya dari luar, melainkan sifat-sifat-Nya adalah diri-Nya Sendiri, dan Diri-Nya adalah sifat-sifat-Nya. Sebagai akibatnya, pengetahuan-Nya tidak bergantung pada obyek pengetahuan yang berada lebih dahulu dan pengetahuan-Nya kemudian, karena Diri-Nya pertama-tama berada dan kemudian pengetahuan-Nya, karena Diri-Nya lebih dahulu dari hal-hal yang menjadi ada. Bagi kekuasaan-Nya tak perlu pula bahwa mula-mula harus ada obyek yang dikuasai dan baru sesudahnya la disebut Yang Mahakuasa, karena Yang Kuasa adalah yang mempunyai kekuasaan, baik la menjalankannya atau meninggalkannya, dan karena itu maka keberadaan dari obyek yang dikuasai itu tidak mesti. Seperti itu pula, Pemelihara beraiti majikan. Sama sebagaimana la adalah majikan dari ketidakberadaan sesudah menjadi berada, demikian pula la mempunyai kekuasaan untuk menjadikan ada dari ketidakadaan, yakni, apabila la menghendakinya, maka la memberikan keberadaan padanya.