KHOTBAH 90

KHOTBAH ini dikenal sebagai Khotbah Tengkorak (Khotbah al-Asyb?h),[1] dan salah satu yang berkedudukan tertinggi di antara khotbah-khotbah Amirul Mukminin. Mas'adah ibn Shadaqah meriwayatkan dari Imam Ja'far ibn Muhammad ash-Shadiq a.s. seraya mengatakan, "Amirul Mukminin menyampaikan khotbah ini dari mimbar (mesjid) Kufah ketika seseorang bertanya kepadanya, 'Hai, Amirul Mukminin, gambarkanlah Allah bagi kami sedemikian rupa sehingga kami dapat membayangkan bahwa kami melihat Dia dengan mata sehingga cinta dan pengetahuan kami mengenai Dia dapat bertambah. Amirul Mukminin marah karena (permintaan si penanya) itu dan memerintahkan kaum Muslim berkumpul di Mesjid. Demikian banyak muslimin berkumpul di Mesjid sehingga tempat itu penuh sesak. Amirul Mukminin naik ke mimbar sementara ia masih dalam keadaan marah dan ronanya berubah. Setelah memuji Allah dan menyanjung-Nya serta memohon salawat-Nya atas Nabi, ia berkata:


Gambaran tentang Allah


Segala puji bagi Allah yang penolakan untuk memberikan dan kepelitan tidak menjadikan kaya, dan kemurahan dan kedermawanan tidakmenjadikan miskin, walaupun setiap orang yang menyerahkan akan kehilangan (sebanyak yang diberikan), kecuali Dia, dan walaupun setiap orang kikir disalahkan karena kekikirannya. la menolong melalui nikmat yang bermanfaat dan pemberian yang melimpah, dan anugerah. Semua ciptaan bergantung kepada-Nya (dalam rezeki).[2] la telah menjamin kehidupan mereka dan telah mengatur rezeki mereka. la telah menyediakan jalan bagi orang-orang yang berpaling kepada-Nya dan orang-orang yang mencari apa yang ada pada-Nya. la sama pemurah tentang apa yang diminta dari-Nya maupun tentang apa yang tidak diminta pada-Nya. la yang Awal yang bagi-Nya tiada 'sebelum', sehingga mustahil ada apa pun sebelum-Nya. la yang Akhir yang tidak ada 'sesudah' sehingga mustahil ada sesuatu sesudah-Nya. la mencegah bola mata dari memandang atau melihat-Nya. Waktu tidak berubah bagi-Nya, sehingga mustahil mengakui suatu perubahan keadaan mengenai Dia. la tidak berada di suatu tempat sehingga mustahil ia berpindah (dari satu tempat ke tempat yang lain).

Apabila la memberikan semua yang dimuntahkan tambang-tambang di bukit-bukit, atau emas, perak, mutiara, dan potongan-potongan karang yang dimuntahkan kerang di lautan, hal itu, akan mempengaruhi kemurahan-Nya, tidak pula akan mengurangi jumlah yang la miliki. (Sesungguhnya) la masih mempunyai khazanah nikmat berkelimpahan yang tak akan berkurang dengan permintaan hamba-hamba-Nya, karena lalah Wujud Yang Pemurah; (Diaj permintaan para peminta tidak memiskinkan dan tidak pula ketekunan para pemohon membuat (Dia) menjadi kikir.

Sifat-sifat Allah seperti Digambarkan Al-Qur'an


Maka lihatlah, wahai penanya, bataskanlah diri pada sifat-sifat-Nya yang telah digambarkan Al-Qur'an dan carilah cahaya dari sinar petunjuk-nya. Tinggalkan kepada Allah pengetahuan yang telah didesakkan setan untuk Anda cari, yang tidak disuruh Al-Qur'an untuk Anda cari, dan tidak ada pula jejaknya dalam perbuatan atau ucapan Nabi SAWW dan para pemimpin (imam) petunjuk lainnya. Ini batas ujung hak Allah atas Anda. Ketahuilah bahwa orang-orang yang bersiteguh dalam ilmu adalah orang-orang yang menahan diri dari membuka tirai-tirai yang mendustakan yang gaib, dan pengakuan mereka akan ketidaktahuan tentang detail-detail dari hal-hal gaib yang tersembunyi mencegah mereka dari meraba-raba lebih jauh. Allah memuji mereka karena pengakuan mereka bahwa mereka tak mampu mendapatkan pengetahuan yang tidak diperkenankan kepada mereka. Mereka tidak mendalami pembahasan atas apa yang tidak disuruh kepada mereka tentang mengenal Dia dan mereka menamakannya keteguhan. Puaslah dengan ini dan janganlah membatasi Kebesaran Allah menurut ukuran akal Anda sendiri, agar Anda tidak termasuk orang yang dibinasakan.

la Mahakuasa, sehingga bilamana khayalan menembakkan panahnya untuk memahami ujung kekuasaan-Nya, dan pikiran, dengan membebaskan diri dari bahaya-bahaya pemikiran jahat, berusaha mendapatkan-Nya dalam kedalaman kerajaan-Nya, dan hati berhasrat untuk menangkap hakikat dari sifat-sifat-Nya, dan lowongan akal menembus ke balik penggambaran untuk mendapatkan pengetahuan tentang wujud-Nya, menyeberangi lobang gelap perangkap kegaiban dan memusatkan kepada-Nya, maka la akan mengembalikan mereka. Mereka akan kembali dengan kalah dengan mengakui bahwa hakikat pengetahuan-Nya tidak dapat dipahami oleh usaha-usaha serampangan semacam itu, tak dapat pula setitik pun kemuliaan dari kehormatan-Nya memasuki pengertian para pemikir.

Tentang Ciptaan Allah


Ia mengawali penciptaan tanpa suatu contoh yang mungkin diikuti-Nya, dan tanpa suatu contoh yang disediakan oleh suatu pencipta yang diketahui yang ada sebelum-Nya. la menunjukkan kepada kita kerajaan dari kekuasaan-Nya, dan hal-hal menakjubkan yang berbicara tentang kebijaksanaan-Nya. Pengakuan dari hal-hal yang diciptakan bahwa wujud mereka adalah karena Dia, menyadarkan kita bahwa argumen telah disediakan tentang mengenal Dia (sehingga tak ada alasan untuk menentang-nya). Tanda-tanda kekuasaan penciptaan-Nya dan panji kebijaksanaan-Nya tersedia pada hal-hal menakjubkan yang la ciptakan. Segala sesuatu yang telah diciptakan-Nya adalah hujah yang membenarkan-Nya dan petunjuk menuju kepada-Nya. Bahkan benda yang membungkam seakan-akan berkata, dan petunjuknya kepada Pencipta adalah jelas.

Saya bersaksi bahwa orang yang menyerupakan Engkau dengan keterpisahan anggota-anggota badan, atau dengan memadukan ujung-ujung jasadnya, tidaklah mengenalkan batinnya dengan pengetahuan tentang Engkau, dan hatinya tidak mendapat keyakinan bahwa tiada serikat bagi-Mu. Seakan-akan ia belum mendengar para pengikut (yang salah) yang raenyangkali dewa-dewa mereka dengan mengatakan, "Demi Allah, sungguh kita dahulu dalam kesesatan yang nyata, karena kita mernpersamakan kamu dengan Tuhan semesta alam" (QS. 26:97-98) Salahlah mereka yang menyerupakan Engkau dengan berhala-berhala mereka, dan membusanai-Mu dengan busana para makhluk dengan khayalan mereka, menyifatkan kepada-Mu bagian-bagian badan dengan pikiran mereka sendiri, dan memandang Engkau seperti makhluk-makhluk berbagai jenis, melalui pekerjaan akalnya. Saya bersaksi bahwa barangsiapa menyamakan Engkau dengan apa pun dari antara cipataan-Mu (maka ia) mengambil saingan bagi-Mu, dan barangsiapa mengambil saingan bagi-Mu adalah kafir, sesuai dengan apa yang dinyatakan dalam ayat-ayat-Mu yang tak meragukan dan yang ditunjukkan oleh tanda dari hujah-hujah-Mu yang jelas. (Saya pun bersaksi bahwa) Engkau Allah yang tak dapat dibataskan dalam (belenggu) pikiran sehingga mengakui perubahan keadaan dengan memasuki khayalannya, tidak pula dalam belenggu akal sehingga menjadi berbatas dan (menjadi) obyek perubahan.

Bagian dari Khotbah yang Sama Tentang Kesempurnaan Terbesar dalam Ciptaan Allah


la telah menetapkan batas-batas atas segala sesuatu yang la ciptakan dan telah mengukuhkan batas-batas itu, dan la telah menetapkan bekerjanya, dan membuat bekerjanya halus. la telah menetapkan arahnya dan (arah) itu tidak melanggar batas-batas kedudukannya, tidak pula kekurangan untuk mencapai akhir tujuannya. la tidak membangkang bilamana diperintahkan untuk bergerak atas kehendak-Nya; dan betapa mungkin ia membangkang padahal segala sesuatu diperintah oleh kehendak-Nya. la pembuat aneka ragam hal tanpa menggunakan khayalan, tanpa dorongan gerak hati, yang tersembunyi pada-Nya, tanpa (penggunaan) suatu eksperimen yang diambil dari pasang surutnya waktu, dan tanpa suatu mitra yang dapat membantu-Nya dalam menciptakan hal-hal yang menakjubkan.

Demikianlah penciptaan disempurnakan dengan perintah-Nya, dan ciptaan itu tunduk dengan taat kepada-Nya dan menjawab seruan-Nya. Kemalasan seorang pemalas atau keengganan seorang pencari dalih tidak menghalanginya dari berbuat demikian. Demikianlah la meluruskan lekukan-lekukan dan menetapkan batas-batasnya. Dengan kekuasaan-Nya la menciptakan hubungan dalam bagian-bagiannya yang saling bertentang-an dan memadukan faktor-faktor kesamaan. Kemudian la memisahkan mereka dalam aneka ragam yang berbeda dalam batas-batas, jumlah, sifat dan bentuk. Semua ini adalah ciptaan baru. la mengukuhkannya dan mem-bentuknya menurut kehendak-Nya dan mengadakannya.

Bagian dari Khotbah yang Sama Mengandung Gambaran tentang Langit


la mengatur rendah dan tingginya rongga-rongga langit. la menggabungkan luas dan patahan-patahannya dan memadukannya bersama-sama. la memudahkan pendekatan kepada ketinggiannya bagi mereka (malaikat) yang turun dengan (membawa) perintah-Nya dan mereka (malaikat) yang naik dengan amal perbuatan makhluk-makhluk. la memanggilnya ketika masih (dalam bentuk) kabut. Serentak hubungan sendi-sendinya berpadu. Kemudian Allah membuka pintu yang tertutup dan menempatkan para penjaga meteor pada rongga-rongganya, dan menahannya dengan tangan-Nya (kekuasaan-Nya) agar tak jatuh dalam keluasan udara.

la memerintahkannya supaya tetap diam menaati perintah-perintah-Nya. la menjadikan mataharinya (sebagai) pertanda bagi cerah harinya, dan bulan sebagai pertanda bagi gelap malamnya. Kemudian la menggerakkannya pada orbit-orbitnya dan mengatur kecepatan gerakannya dalam tahap-tahap dari jalan-jalannya untuk membedakan dengan bantuannya antara malam dan siang, dan supaya perhitungan tahun dapat diketahui dengan gerakan-gerakannya yang tetap. Kemudian la menggantungkan dalam kekuasaannya langit dan memasang padanya hiasannya yang terdiri dari permata-permata terang dan bintang-bintang yang laksana lampu. la menembakkan pada para pendengar sembunyi-sembunyi panah-panah meteor yang terang. la menggerakkannya pada jalannya dan menjadikannya bintang-bintang tetap, bintang-bintang bergerak, bintang-bintang yang menurun, bintang-bintang tak menyenangkan dan bintang-bintang mujur.

Bagian dari Khotbah yang Sama Berisi Gambaran tentang Malaikat


Kemudian Allah Yang Mahasuci menciptakan untuk menghuni langit-Nya dan menghunikan lapisan yang tinggi dari kerajaan-Nya makhluk-makhluk-Nya yang (jenis) baru, yaitu para malaikat. Dengan malaikat itu la mengisi lobang dari rongga-rongganya dan menghunikan mereka pada keluasan lingkungannya. Di antara lobang-lobang dari rongga-rongga ini menggema suara-suara malaikat yang menyucikan-Nya dalam lingkungan kemuliaan, (di balikj tabir-tabir persembunyian dan dalam tabir keagungan-Nya. Dan di balik gema-gema yang memekakkan telinga ini ada sinar cahaya yang menantang mendekatnya penglihatan kepadanya, dan karenanya penglihatan tertahan, kecewa atas keterbatasannya.

la menciptakannya dalam berbagai bentuk dan dengan ciri-ciri yang beragam. Mereka bersayap. Mereka menyucikan keagungan dari kebesaran-Nya. Mereka tidak mengaku-akui bagi dirinya sendiri keahlian-Nya yang terwujud dalam penciptaan. Tidak pula mereka mengaku telah menciptakan sesuatu di mana la tiada bandingnya. "Sebenarnya mereka itu adalah hamba-hamba yang dimuliakan; mereka itu tidak rnendahului-Nya dengan perkataan, dan mereka mengerjakan perintah-perintah-Nya. " (QS. 21:26-27) la menjadikan mereka pengemban amanat dari wahyu-Nya dan mengirimkan mereka kepada nabi-nabi sebagai pemegang perintah dan larangan-Nya. la telah mengebalkan mereka terhadap goyangan keraguan. Maka tiada satu pun dari mereka tersesat dari jalan kehendak-Nya. la telah menolong mereka dengan bantuan dan telah meliputi hati mereka dengan kerendahan dan kedamaian. la telah membukakan bagi mereka pintu-pintu penyerahan kepada Kemuliaan-Nya. la telah menetapkan bagi mereka menara-menara terang sebagai tanda-tanda Keesaan-Nya. Beratnya dosa tidak membebani mereka, dan perputaran siang dan malam tidak meng-gerakkan mereka. Keraguan tidak menyerang dan memanah keteguhan iman mereka. Keragu-raguan tidak menyerang basis-basis keyakinan mereka. Percikan api kebencian tidak menyala di antara mereka. Ke-takjuban tidak memudarkan sekadar pengetahuan tentang Dia yang dimiliki hati mereka, atau kebesaran dan hebatnya keagungan-Nya yang menetap dalam dada mereka. Pikiran waswas tidak menyandar ke arah mereka untuk mempengaruhi khayalan mereka dengan kelalaian mereka sendiri.

Di antara mereka ada yang dalam bentuk awan-awan berat, atau di puncak gunung-gunung tinggi, atau dalam kesuraman dari gelap yang menyergap. Dan ada yang kakinya telah menembus perbatasan-perbatasan bumi yang terendah. Kaki-kaki ini adalah seperti bendera putih yang me-nerobos ke dalam semesta angin yang luas. Di bawah mereka bertiup angin ringan yang menahan mereka hingga ke atas ujung-ujungnya yang terakhir.

Kesibukan dalam menyembah-Nya telah membuat mereka tak peduli, dan kesungguhan iman mereka telah menjadi seperti penghubung antara mereka dengan pengetahuan mengenai Dia. Mereka menghasratkan dari Dia, tidak dari yang lain-lain. Mereka telah mengecap manisnya pengetahuan-Nya dan telah meminum dari cangkir cinta-Nya yang memuaskan. Akar-akar dari takwa kepada-Nya telah tertanam pada kedalaman hati mereka. Mereka telah membungkukkan punggung mereka yang lurus dengan menyembah-Nya. Lamanya munajat dan amat dekatnya mereka tidak menyingkirkan mereka dari tali takwa mereka.

Mereka tidak berlaku sombong sampai menonjol-nonjolkan amal mereka. Kerendahan mereka di hadapan kemuliaan Tuhan tidak mengizinkan mereka memuliakan kebajikan mereka sendiri. Kelesuan tidak menimpa mereka sekalipun penderitaannya panjang. Kerinduan mereka (kepada-Nya) tidak berkurang sehingga mereka (tidak) berpaling dari harapan pada Pemelihara mereka. Ujung lidah mereka tidak mengering karena doa yang terus-menerus. Keterlibatan (dalam urusan lain) tidak mengenai mereka sampai menjadikan suara (nyaring) mereka kepada-Nya mejadi lemah. Bahu mereka tidak terkilir dalam sikap sembahyang. Mereka tidak menggerakkan leher mereka (ke sana sini) untuk kesenangan dalam melanggar perintah-Nya. Ketololan dari kelalaian tidak menentang tekad mereka untuk berusaha, dan tipu daya hawa nafsu tidak mengalahkan keberanian mereka.

Mereka memandang Penguasa Mahligai sebagai simpanan untuk hari kebutuhan mereka. Karena cinta mereka (kepada-Nya), mereka berpaling kepada-Nya, sekalipun yang lain-lain berpaling kepada makhluk-makhluk. Mereka tidak mencapai batas akhir dari peribadatan kepada-Nya. Keinginan mereka yang penuh gairah untuk menyembah-Nya tidak memalingkan mereka kecuali ke sumber-sumber dari hati mereka sendiri, sumber-sumber yang tidak pernah kosong dari harapan dan takut kepada-Nya. Takwa tak peraah meninggalkan mereka sehingga mereka (tak) mungkin mengendur dalam usaha-usaha mereka, tidak pula coba-cobaan menjerat mereka sehingga mereka (tidak) mungkin lebih menyukai pencarian yang enteng ketimbang usaha (yang sungguh-sungguh).

Mereka tidak memandang besarnya amal mereka di waktu lalu; sekiranya mereka telah memandangnya besar maka takut mereka (akan) sudah menghapus harapan-harapan di hati mereka. Mereka tidak berselisih (di antara sesama mereka) tentang Pemelihara mereka sebagai akibat kekuasaan iblis atas mereka. Buruknya perpisahan antara sesama tidak membubarkan mereka. Benci dan saling dengki tidak menguasai mereka. Jalan-jalan kegoyangan tidak memecah mereka. Perbedaan tingkat keberanian tidak menjadikan mereka terpecah. Demikianlah mereka, para pengabdi keimanan. Tiada kebengkokan (pikiran), tiada kelebihan-kelebihan, tiada kelambanan, tiada kelesuan memutuskan mereka dari talinya. Tiada titik yang paling kecil di langit melainkan ada malaikat bersujud (kepada Allah) atau (sibuk) dalam melaksanaan (perintah-perintah-Nya) dengan cepat. Dengan penyembahan yang lama pada Pemelihara mereka, mereka meningkatkan pengetahuan mereka, dan kemuliaan Pemelihara mereka ber-tambah dalam hati mereka.

Bagian dari Khotbah yang Sama Tentang Bumi dan Pembentangannya di Atas Air


Allah membentangkan bumi pada ombak-ombak yang membadai dan menggelora dan kedalaman laut-laut yang membengkak di mana ombak-ombak berbentrokan dengan sesamanya dan bergelombang tinggi saling melompati. Mereka mengeluarkan uap seperti unta betina pada saat birahinya. Maka gemuruh air yang memadai ditundukkan oleh bobot bumi; ketika bumi menekannya dengan dadanya, gejolak pancarannya mereda; dan bilamana bumi menggulung atasnya dengan tulang-tulang bahunya, air mereda dengan merendah. Maka setelah gelora dari gelombangnya ia menjadi jinak dan takluk, dan menjadi suatu tawanan yang patuh dalam belenggu kehinaannya, sementara bumi membentangkan diri dan menjadi padat dalam kedalaman airnya yang membadai. (Dengan cara ini) bumi mengakhiri kesombongan, takabur, kedudukan tinggi dan keunggulan air, dan memberangus keberanian dari alirannya. Akibatnya, ia berhenti dari mengalirnya yang membadai dan mereda setelah bergelombang.

Ketika kegelisahan air mereda di bawah sisi bumi, dan di bawah bobot gunung-gunung tinggi dan agung yang diletakkan pada bahunya, Allah mengalirkan tnata air dari puncak-puncaknya yang tinggi dan membagi-bagikannya melalui lapangan-lapangan dan tempat-tempat yang rendah, dan meredakan gerakan mereka dengan batu-batu yang tetap dan puncak-puncak gunung tinggi. Kemudian gemetarnya berhenti karena penembusan gunung-gunung dalam (berbagai) bagian permukaannya, dan karena mereka telah ditetapkan di tempat-tempat kedalamannya, dan berdirinya mereka pada lapangan-lapangannya. Lalu Allah menciptakan keluasan antara bumi dan langit, dan menyediakan angin yang bertiup untuk penghuninya. Kemudian la mengarahkan penghuni-penghuninya untuk menyebar ke seluruh tempat-tempat yang sesuai. Sesudah itu la tidak membiarkan jejak-jejak bumi yang gersang di mana bagian-bagian tinggi ketiadaan sumber air dan di mana sungai-sungai tak memperoleh jalannya, tetapi menciptakan awan yang mengambang yang menghidupkan tempat-tempat yang gersang dan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan.

la membuat awan yang besar dengan mengumpulkan semua awan, dan ketika air terkumpul di dalamnya dan kilat mulai berpijar pada sisi-sisinya dan pijar-pijar itu berlanjut di bawah awan-awan yang berat, la menurunkan hujan lebat. Awan bergantung ke arah bumi dan angin selatan memerahnya hingga mencurahkan airnya seperti unta betina membungkuk untuk diperahi. Ketika awan tunduk ke bumi dan menyerahkan semua air yang dibawanya, Allah menumbuhkan tumbuh-tumbuhan di tanah datar, dan semak belukar di bukit-bukit kering. Sebagai hasilnya, bumi merasa senang dihiasi dengan kebun-kebunnya dan mengagumi busananya dari tumbuhan lembut dan hiasan-hiasan kembangnya. Allah menjadikan semua ini sarana rezeki bagi manusia, dan makanan bagi hewan. la telah membuka jalan-jalan raya dalam keluasaannya dan telah menegakkan menara-menara (petunjuk) bagi orang-orang yang melangkah pada jalan-jalan rayanya.

Tentang Penciptaan Manusia dan Pengutusan Nabi


Ketika la telah membentangkan bumi dan menetapkan perintah-perintah-Nya, la memilih Adam a.s. sebagai yang terbaik dalam ciptaan-Nya dan menjadikannya manusia-Nya yang pertama. la menghunikannya di surga dan mengatur makanannya di sana, dan juga menunjukkan apa-apa yang dilarang-Nya. la mengatakan kepadanya bahwa menuju ke situ berarti melanggar perintah-Nya dan membahayakan kedudukannya sendiri. Tetapi, Adam melakukan apa yang dilarang baginya, sebagaimana telah diketahui Allah sebelumnya. Akibatnya, Allah menurunkannya setelah fmenerima) taubatnya, untuk (menghuni) bumi-Nya dengan keturunannya, dan menjadi bukti dan hujah bagi-Nya di antara makhluk-makhluk-Nya.

la mengatur rezeki[3] dengan kelimpahan dan kekurangan. la membagi-bagikannya secara sempit maupun melimpah. la melakukannya dengan adil untuk menguji barangsiapa yang la kehendaki, dengan kemakmuran atau dengan kekurangan, dan melalui itu la menguji rasa syukur dan ketabahan orang kaya dan orang miskin. Kemudian la memasangkan kelimpahan dengan susahnya kemiskinan, keamanan dengan kepedihan, bencana dan kesenangan, nikmat dengan pahitnya kesedihan. la menciptakan masa-masa yang tetap dan menjadikannya panjang atau singkat dan lebih awal atau akhir, dan mengakhirinya dengan kematian. la membuat maut mampu menarik tali usia dan memotongnya hingga putus.

la mengetahui[4] rahasia-rahasia orang yang menyembunyikannya, rahasia percakapan dari orang-orang yang terlibat di dalamnya, dalam perasaan batin orang-orang yang terlibat menurutkan dugaan-dugaan, kepastian-kepastian yang mapan, kerdipan mata, kandungan batin dan kedalaman-kedalaman gaib. la juga mengetahui apa yang hanya dapat didengar oleh lobang-Iobang telinga yang membungkuk, kediaman semut di musim panas dan kediaman serangga di musim dingin, gema ratapan perempuan yang meratap dan bunyi langkah-langkah. la juga mengetahui tempat-tempat di kedalaman-kedalaman pelepah daun di mana buah tumbuh, tempat persembunyian hewan, yaitu gua-gua di gunung-gunung dan lembah, lobang persembunyian nyamuk di batang-batang pohon dan rerumputannya, titik berkuncupnya daun di cabang-cabang, titik menetesnya mani melalui jalur-jalur sulbi, awan-awan kecil yang naik dan awan-awan amat besar, tetesan hujan dalam awan-awan tebal, zarah-zarah debu yang ditaburkan oleh topan melalui baju mereka, gari-garis yang dihapus oleh banjir hujan, gerakan-gerakan serangga dan bukit pasir, sarang makhluk-makhluk bersayap pada tebing-tebing gunung dan nyanyian oleh burung-burung berkicau dalam kegelapan tempat-tempat mengeramnya.

Dan la tahu segala sesuatu yang telah disimpan oleh kerang mutiara dan tertutup di bawah ombak samudra, semua yang tersembunyi di bawah kegelapan malam dan semua yang disinari cahaya siang, gerak semua lidah, kediaman setiap makhluk hidup, bobot setiap zarah, sedu sedan setiap hati yang bersedu, dan segala sesuatu di bumi, seperti buah pohon atau daun yang jatuh, atau tempat mengendapnya mani, atau membekunya darah atau gumpalan darah dan perkembangan hidup janin.

Atas semua itu la tidak mendapat kesulitan, dan tak ada halangan merintangi-Nya dalam pemeliharaan apa yang la ciptakan, dan tak ada pula kelesuan atau kesedihan menghalangi-Nya dari menetapkan perintah dan mengurus makhluk-makhluk, pengetahuan-Nya menembusi mereka, dan mereka termasuk dalam perhitungan-Nya. Keadilan-Nya meliputi mereka semua, dan kemurahan-Nya meliputi mereka, sekalipun mereka tak memenuhi apa yamg menjadi hak-Nya.

***
Ya Allah, Tuhanku, patut bagi-Mu gambaran yang bagus dan penghormatan yang tertinggi. Apabila hasrat diarahkan kepada-Mu, Engkau adalah yang terbaik untuk dihasrati. Apabila harapan diletakkan kepada-Mu, Engkau adalah yang termulia untuk diharapi. Ya Allah, Tuhanku, Engkau telah menganugerahi hamba kekuatan sehingga hamba tidak memuja siapa pun selain Engkau, dan hamba tidak memuji siapa pun selain Engkau. Hamba tidak mengarahkan pujian hamba kepada yang lain, yang merupakan sumber-sumber kekecewaan dan pusat-pusat keraguan. Engkau telah menjauhkan lidah hamba dari memuji manusia dan memuji makhluk-makhluk yang diciptakan dan dipelihara. Ya Tuhanku, setiap pemuji mempunyai hak akan ganjaran dan imbalan pada siapa yang dipujinya. Sesungguhnya hamba telah berpaling kepada-Mu dengan mata hamba pada perbendaharaan rahmat-Mu dan khazanah keampunan.

Ya Tuhanku, di sini berdiri orang telah mengesakan Engkau dengan keesaan yang menjadi hak-Mu, dan yang tidak memandang siapa pun yang patut akan pujian dan pujaan ini selain Engkau. Keinginan hamba kepada-Mu adalah sedemikian sehingga tiada selain kemurahan-Mu yang dapat memenuhi kekurangannya, dan tidak ada yang memberikan kebutuhannya kecuali kekusaan dan kemurahan-Mu. Maka karuniakanlah kami di tempat ini kehendak-Mu dan bebaskan kami dari menadahkan tangan pada siapa pun selain Engkau. Sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu." (QS. 68:8) •

--------------------------------------------------------------------------------

[1] Khotbah ini dinamakan Khotbah al-Asybah. Asyb?h adalah bentuk jamak dari syabah yang berarti kerangka, karena mengandung gambaran tentang malaikat dan makhluk-makhluk lain maka ia dinamakan demikian.

Alasan kemarahannya kepada si penanya ialah bahwa permintaannya tidak berhubungan dengan kewajiban syariat dan di luar batas kapasitas manusia.

[2] Allah Yang Menjamin Rezeki dan Memberi Kehidupan sebagaimana di-firmankan-Nya,

"Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi mdainkan Allahlah yang memberi rezekinya." (QS. 11:6)

Kedudukan-Nya sebagai Pemberi Rezeki berarti bahwa la menyediakan jalan-jalan atau kemudahan untuk hidup dan beroleh rezeki, dan mengizinkan setiap orang bagian yang sama di hutan, gunung, sungai, tambang dan di bumi yang luas, dan memberikan kepada setiap orang hak untuk memanfaatkannya. Karunia dan nikmat-Nya tidak hanya terbatas pada seseorang tertentu, dan tidak pula pintu rezeki-Nya tertutup bagi seseorang. Maka firman Allah,

"Kepada masing-masing golongan, baik golongan ini maupun golongan itu, Kami berikan bantuan dari kemurahan Tuhanmu. Dan kemurahan Tuhanmu tidak dapat dihalangi." (QS. 17:20)

Apabila seseorang tidak berusaha mendapatkan hal-hal itu karena kemalasan atau kelengahan, tidaklah mungkin rezeki akan sampai ke pintu rumahnya. Allah telah menyediakan meja dengan berbagai jenis makanan, tetapi untuk menda-patkannya perlulah orang mengulurkan tangannya. la telah menyimpan mutiara di dasar laut, tetapi perlu menyelam untuk mengeluarkannya. la telah mengisi gunung-gunung dengan intan permata serta batu-batu berharga, tetapi semua itu tak dapat dimiliki tanpa menggali batu. Bumi mengandung khazanah pertumbuhan tetapi manfaat tak dapat ditarik darinya tanpa menabur benih. Tumpukan bahan makanan terletak bertaburan di empat penjuru bumi, tetapi semua itu tak dapat dikumpulkan tanpa bersusah payah melakukan perjalanan. Maka firman Allah,

"... maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya .... " (QS. 67:15)

Allah menyediakan rezeki tidak berarti bahwa kita tidak perlu berusaha untuk mencari reseki dan bahwa rezeki harus mencari jalan kepada kita. Dia pemberi rezeki bermakna bahwa la telah memberikan kepada bumi sifat untuk pertumbuhan, la mengirimkan hujan dari awan untuk pertumbuhan, menciptakan buah-buahan, sayuran dan gabah. Semua ini dari Allah, tetapi untuk mendapatkannya diperlukan usaha manusia. Barangsiapa berusaha akan memetik manfaat dari usahanya, dan barangsiapa tak mau berusaha akan menghadapi akibat kelengahan dan kemalasannya. Sekaitan dengan itu Allah berfirman,

"Dan bahwasanya seorang manusia tidak memperoleh selain apa yang tdah diusahakannya." (QS. 53:39)

Tatanan alam semesta terkait pada pepatah, "Menaburlah dan petiklah." Salah apabila kita mengharapkan panen tanpa menabur, mengharapkan hasil tanpa usaha. Anggota badan dan indera diberikan semata-mata supaya aktif. Demikianlah maka Allah memerintahkan kepada Maryam,

"Dan goyanglah pangkalpohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu. Maka makan, minum dan bersenanghatilah." (QS. 19:25-26)

Allah menyediakan sarana rezeki itu bagi Maryam. Tetapi la tidak memetik buah kurma dari pohon itu lalu meletakkannya di pangkuan Maryam. Sebabnya, sejauh berhubungan dengan produksi makanan itulah urusan-Nya. Karena itu la membuat pohon kurma itu hijau, memberikan buah kepadanya dan mematangkan buah itu. Tetapi, ketika tiba tahap memetik, la tidak mencampuri. la hanya meng-ingatkan kepada Maryam akan pekerjaannya, yakni ia sekarang harus meng-gerakkan tangannya untuk mendapatkan makanannya.

Lagi, apabila penyediaaan rezeki oleh Allah berarti bahwa segala sesuatu diberikan oleh-Nya dan diterima dari Dia maka apa saja yang akan diperoleh dan dimakan seseorang halal baginya, baik ia mendapatkannya dengan mencuri, menyogok, menindas atau memaksa, karena hal itu akan berarti perbuatan Allah dan makanannya diberikan oleh-Nya, di mana ia tidak mempunyai kehendak bebas; dan segala sesuatu berada di luar batas tindakan bebas maka tidak akan ada masalah halal atau haram untuk itu, dan tak ada pula di situ sesuatu yang harus dipertanggungjawabkan. Tetapi tidaklah demikian halnya. Ada masalah halal dan haram yang mengandung makna tindakan manusia, sehingga dapat dipertanyakan apakah hal itu diperoleh secara halal atau haram. Tentu saja di mana la tidak menganugerahkan kekuasaan untuk rnencari nafkah, la mengambil tanggung jawab sendiri untuk menyediakan rezeki. Sebagai akibatnya, la mengambil urusan tentang memberi makan janin di rahim ibu, dan rezeki itu mencapai si janin sesuai dengan keperluan dan kcbutuhannya. Tetapi. ketika bayi yang baru luhir iiu me-masuki dunia luas. dan beroleh tenaga untuk menggerakkan anggota badannya. maka ia tak dapat memperoleh makanannya dari sumber tanpa menggerakkan bibirnya untuk mengisap susu.

[3] Dalam mengelola urusan dunia ini Allah telah menghubungkan akibat dengan sebab tindakan manusia, yang sebagai hasilnya kemampuan bertindak dalam diri manusia tidak tinggal diam, sama sebagaimana la telah membuat tindakan-tindakan itu bergantung pada kehendak-Nya sendiri, sehingga manusia tidak harus mengandalkan kemampuannya bertindak dan melupakan Penciptanya. Ini masalah antara kehendak di antara dua kehendak dalam kontroversi "kehendak bebas atau keterpaksaan". Sebagaimana hukum alam yang universal berlaku di alam semesta, demikian pula produksi dan distribusi makanan juga disediakan dalam seperangkat peraturan tertentu di bawah kekuasaan perintah Allah dan usaha manusia. Dan ini kurang lebih bergantung pada proporsi usaha manusia dan tujuan pengaturan Ilahi. Karena la Pencipta sarana rezeki, dan kekuasaan mencari makanan juga telah dianugerahkan oleh-Nya, kemiskinan atau kelebihan rezeki telah diatributkan kepada-Nya, karena la telah menetapkan berbagai ukuran sendiri-sendiri untuk rezcki dengan mempertimbangkan perbedaan dalam usaha dan tindakan dan kebaikan bagi makhluk-makhluk itu. Di suatu lempal ada kemiskinan dan di suatu tempat ada kelimpahan, di suatu tempat ada kesusahan sedang di lcmpat lain ada kesenangan, seseorang menikmati kesenangan sementara sese-orang lain sedang menderila kesukaran dan kekurangan. AI-Qur'an mengatakan,

"Dia melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya dan menyempitkan(nya). Dia mengetahui segala sesualu. " (QS. 42:12)

Dalam Khotbah 23 Amirul Mukminin merujuk hal itu dcngan mengatakan,

"Perintah Ilahi turun dari langit ke bumi dengan apa yang telah ditentukan bagi setiap orang, baik lebih ataupun kurang, sebagaimana tetesan hujan."

Jadi, ada proses dan cara tertentu bagi kemanfaatan hujan, yakni bahwa uap naik dari laut dengan kandungan air, yang tcrsebar di langit dalam bentuk awan gelap kemudian mengeluarkan air itu dalam tetesan-tetesan sampai membentuk garis-garis yang tcratur. Air ilu mengairi lahan dengan sempurna dan selanjutnya berkumpul di area-area rcndah sehingga yang haus dapat meminumnya, hewan-hewan dapat memanfaaikannya dan lahan-lahan kering dapal diairi dengannya. Begiru pula, Allah telah menyediakan scgala sarana rezeki, tetapi rahmat-Nya mengikuti cara tertentu di mana tak pernah ada scdikit pun penyimpangan. Demikianlah firman Allah.

"Dan tidak ada sesuutu pun melainkun padu sisi Kumilah khuzunahnya, dan Kami tiduk menurunkannya melainkan dengan ukuran vang tertentu." (QS. 15:21)

Apabila keserakahan manusia melebihi hatasnya, maka sebagaimana kelebihan hujan merusak tanaman sebagai ganti mcnumbuhkan dan membesarkannya, demikian pula kelimpahan bahan-bahan keperluan hidup akan menjadikan manusia lupa kepada Allah dan membangkang scrta berlaku durhaka.

"Dan jika Allah melupcmgkan rezeki kepadu hamba-hamba-Nya tentulah mereka akan melampaui bulas di nnika bumi, letapi Allah menurunkan upu vang dikehendaki-Nya dengan ukuran sesungguhnya. Dia Maha Mengetahui (keaduan) hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat. " (QS. 42:27)

Sebagaimana berhentinya hujan membuat tanah kering dan membunuh hewan-hewan, demikian pula dengan menutup sarana rezeki maka umat manusia akan hancur dan tak akan tertinggal sarana kchidupan dan rezeki. Sesuai dengan itu Allah berfirman,

"Atau siapakuh dia ini yang memberi kamu rezeki jika Allah menahan rezeki-Nya ...?" (QS. 67:21)

Allah Yang Mahabijaksana dan Maha Mengctahui telah menetapkan pengaturan rezeki berdasarkan garis-garis yang moderat dan proporsional, dan untuk menekankan pentingnya rezeki dan pemeliharaan dan menjaga agar manusia saling berhubungan, la telah memperkenalkan perbcdaan dalam pembagian rezeki. Kadang-kadang distribusi yang berbeda dan tak sama ini bcrkaitan dengan perbedaan usaha manusia, dan kadang-kadang merupakan akibat dari pengaturan menyeluruh alam semesta dan kebijaksanaan Ilahi. Dengan kemiskinan dan kekurangan la menguji orang miskin dalam kesabaran dan ketabahan, dalam kelimpahan dan kekayaan ada ujian keras pada orang kaya untuk bersyukur dan memcnuhi hak-hak orang lain, yakni apakah orang kaya memenuhi tuntutan orang miskin, dan apakah ia peduli lerhadap orang susah atau tidak. Kadang-kadang akan ada bahaya terhadap harta kekayaan dan kadang-kadang ada ketakutan akan kemiskinan dan kesusahan.

Akibatnya, banyak orang yang akan lebih puas dan berbahagia karena tak punya kckayaan. Bagi mereka kesusahan dan kekurangan itu jauh lebih baik daripada kekayaan yang mungkin merenggut kesenangan dan kedamaian mereka. Lagi pula kadang-kadang kekayaan ini sendiri, yang dianggap orang lebih ber-harga daripada kehidupan, menjadi penyebab hilangnya nyawa seseorang. Se-lanjutnya, telah terlihat, sejauh tak ada kekayaan, karakter seseorang tak tercela, kehidupan tak bernoda, tetapi pada saat harta kekayaannya berubah melimpah, perilakunya memburuk, karakternya menjadi salah, dan muncul kejelekan minum khamar, kerumunan perempuan cantik dan kumpulan penyanyi dan musik. Dalam hal semacam itu tidak adanya kekayaan merupakan rahmat. Namun, karena tak menyadari tujuan-tujuan Allah, manusia berteriak; dan karena terpengaruh oleh kesusahan sejenak, ia mengeluh, tanpa menyadari berapa banyak kejahatan dan kejelekan yang mungkin akan menumpuk disebabkan oleh kekayaan yang di-idamkannya. Oleh karena itu, apabila kekayaan menghasilkan kemudahan maka kemiskinan merupakan penjaga karakter.

[4] Kefasihan Amirul Mukminin dalam menggambarkan sifat-sifat Allah Yang Mahatahu, dan kata-kata mulia dengan apa ia menggambarkan sifat pengetahuan-Nya, tak dapat tidak mengesankan pikiran lawan yang paling sengit sekalipun. Maka Ibn Abil Hadid menulis,

"Apabila Aristoteles, yang percaya bahwa Tuhan hanya mengetahui alam semesta dan tidak mengetahui hal-halnya yang khusus, mendengar khotbah ini, hatinya pun akan cenderung, bulu romanya akan tegak berdiri, dan pikir-annya akan mengalami perubahan dramatis. Tidakkah Anda lihat kecerahan, kekuatan, keluhuran, kejayaan, kesungguhan, dan kematangan pidato ini?

Selain sifat-sifat itu, ada kemanisan, keindahan rona, kehalusan, dan kemulusan di dalamnya. Saya belum pernah mendapatkan suatu ucapan yang setara dengan itu; yang dapat menandinginya hanyalah kata-kata Allah. Dan tak aneh, karena ia adalah kuncup dari pohon yang sama (Nabi Ibrahim, puncak Tauhid), suatu aliran dari sungai yang sama dan suatu pantulan dari cahaya yang sama." (Syarh Nahjul Balaghah, VII, h. 23-24)

Orang-orang yang menganggap bahwa Allah hanya memiliki pengetahuan menyeluruh, berargumentasi bahwa karena detail-detail mengalami perubahan, mempercayai bahwa Dia memiliki pengetahuan tentang detail yang berubah-ubah akan memestikan perubahan dalam pengetahuan-Nya. Karena pengetahuan-Nya sama dengan wujud-Nya, wujud-Nya akan harus dipandang sebagai obyek per-ubahan; akibatnya, la akan harus dipandang sebagai yang telah menjadi ada. Secara ini la akan kehilangan sifat selalu ada sejak qadim. Pandangan seperti itu batil dan sangat menipu, karena perubahan dalam obyek pengetahuan hanya dapat mengantarkan kepada perubahan pada yang mengetahui, bilamana dianggap bahwa yang mengetahui itu sebelumnya tidak mempunyai pengetahuan tentang perubahan-perubahan itu. Tetapi, karena semua bentuk perubahan amat jelas bagi-Nya maka tak ada alasan bahwa dengan perubahan dalam obyek-obyek penge-tahuan la pun harus dianggap berubah-ubah; sesungguhnya perubahan itu terbatas pada obyek pengetahuan dan tidak mempengaruhi pengetahuan itu sendiri.