KHOTBAH 173- Tentang Thalhah ibn 'Ubadillah

Diucapkan ketika ia menerima kabar bahwa Thalhah dan Zubair telah pergi ke Bashrah untuk memeranginya:

Bagi saya, tak akan pernah saya takut berperang atau ditakut-takuti untuk menyerang, karena saya puas dengan janji dukungan Allah kepada saya. Demi Allah, Thalhah telah bergegas dengan pedang terhunus untuk membalas dendam atas darah 'Utsman karena takut kalau-kalau tuntutan atas darah 'Utsman dilakukan terhadap dirinya, karena gagasan orang dalam hal ini adalah tentang dia, dan sebenarnya dialah yang paling bergairah di antara mereka untuk membunuhnya. Karena itu ia telah berusaha menciptakan salah paham dengan mengumpul pasukan untuk mengacaukan urusan itu dan untuk menciptakan keraguan.

Demi Allah, ia tidak bertindak dalam satu pun dari ketiga jalan tentang 'Utsman. Apabila ('Utsman) putra 'Affan bersalah, sebagaimana yang dipercayai Thalhah, perlulah dia mendukung orang-orang yang telah membunuhnya,[1] atau menjauh dari pendukung 'Utsman. Apabila 'Utsman adalah korban kelaliman, maka Thalhah seharusnya berada di antara orang-orang yang menjauhkan (para penyerang itu) dari dia atau mengajukan pembelaan baginya. Apabila ia ragu-ragu dalam kedua hal itu, maka ia wajib meninggalkan dia ('Utsman) dan mundur ke samping dan membiarkan orang-orang bersama dia (imtuk berurusan dengan dia sesuka mereka). Tetapi ia tidak menempuh yang mana pun dari ketiga jalan ini, dan melakukan sesuatu yang tak ada baiknya, dan dalihnya tak dapat diterima.•

--------------------------------------------------------------------------------

[1] Itu berarti bahwa apabila Thalhah memandang 'Utsman itu lalim, maka setelah pembunuhannya, sebagai ganti membalas dendam atas darah 'Utsman, semestinya ia mendukung para pembunuhnya dan membenarkan tindakan mereka. Bukanlah maksudnya bahwa apabila 'Utsman bersalah maka Thalhah harus mendukung para penyerangnya, karena memang ia telah mendukung dan mendorong mereka (untuk membunuhnya).