KHOTBAH 185- Tentang Keesaan Allah

Khotbah ini mengandung prinsip-prinsip pengetahuan yang tidak terkandung dalam khotbah lain

Barangsiapa mengaitkan pada-Nya (berbagai) kondisi, ia tidak mempercayai keesaan-Nya; demikian pula, orang yeng menyerupakan Dia tidak memegang hakikat-Nya. Orang yang menggambarkan-Nya tidak menyatakan-Nya. Orang yang menunjuk kepada-Nya dan mengkhayalkan-Nya tidak memaksudkan-Nya. Segala sesuatu yang diketahui melaluinya sendiri telah diciptakan, dan segala sesuatu yang berada karena adanya sesuatu yang lain adalah efek (dari suatu sebab). la bekerja tetapi tidak dengan bantuan alat. la menetapkan ukuran tetapi tidak dengan kegiatan berpikir. la kaya tetapi bukan dengan memperoleh.

Waktu tidak bersama Dia, dan alat-alat tidak menolong-Nya. Wujud-Nya mendahului waktu. Keberadaan-Nya tidak mendahului tak-beradanya, dan azali-Nya mendahului permulaan. Dari penciptaan-Nya atas indera diketahui bahwa la tidak berindera. Dengan pertentangan dalam berbagai hal diketahui bahwa ia tidak mempunyai pertentangan, dan dengan persamaan di antara hal-hal, diketahui bahwa tak ada sesuatu yang menyamai-Nya. la membuat terang sebagai lawan gelap, cerah sebagai lawan suram, kering sebagai lawan basah, dan panas sebagai lawan dingin. la menimbulkan kasih sayang di antara hal-hal yang bermusuhan.

la memadukan berbagai hal, mendekatkan hal-hal yang jauh, dan memisahkan hal-hal yang tergabung. la tidak terbatas oleh batas-batas, tidak terhitung dengan jumlah. Bagian-bagian material dapat mengelilingi hal-hal yang sejenisnya, dan anggota dapat menunjukkan hal-hal yang serupa dengan dirinya sendiri. Kata mundzu (yakni sejak) menyangkali (sifat) qadim-Nya, kata qad (yang menunjukkan kedekatan waktu kejadian) menyangkali keazalian-Nya, dan kata laulâ (apabila tidak) menjauhkannya dari kesempurnaan.[1]

Melalui mereka Pencipta menyatakan Diri-Nya kepada akal, dan melaluinya la dijaga dari penglihatan mata. Diam dan gerak tak terjadi pada-Nya; dan bagaimana mungkin hal itu terjadi pada-Nya padahal la Sendiri yang menyebabkan terjadinya, dan bagaimana mungkin terbalik kepada-Nya sesuatu yang Dia penciptanya pertama kalinya, dan bagaimana mungkin muncul pada-Nya sesuatu yang mula-mula la munculkan. Apabila tidak demikian maka Diri-Nya akan menjadi subyek keanekaragaman, Wujud-Nya akan menjadi dapat dibagi-bagi (menjadi bagian-bagian), dan realitas-Nya akan tercegah dari hakikat Abadi. Apabila ada depan bagi-Nya maka akan ada belakang juga bagi-Nya. la akan memerlukan penyempurnaan apabila kekurangan menimpa-Nya. Dalam hal itu tanda-tanda tentang ciptaan akan muncul pada-Nya, dan Dia akan menjadi suatu tanda (yang menjurus kepada obyek lain) ketimbang tanda-tanda yang menjurus kepada-Nya. Melalui kekuasaan dari kesuciannya (dari keadaan terpengaruh), la jauh dari terpengaruh oleh hal-hal yang mempengaruhi yang lain-lain.

la adalah yang tak berubah atau lenyap. Proses pembagian menjadi bagian-bagian) tak patut bagi-Nya. la tak melahirkan apa pun sehingga la tak dapat dipandang sebagai telah dilahirkan. la tidak dilahirkan; apabila demikian maka la akan terisi dalam batas-batas. la terlalu tinggi untuk mempunyai putra. la terlalu suci untuk menyentuh wanita. Khayalan tak dapat menjangkau-Nya sehingga memberikan kuantitas pada-Nya. Pengertian tak dapat memikirkan-Nya untuk memberikan bentuk pada-Nya. Indera tidak menangkapnya untuk meraba-Nya. Tangan tak dapat menyentuh-Nya untuk menggosok-Nya. la tidak berubah ke dalam keadaan bagaimanapun. la tidak melintas dari satu keadaan kepada keadaan yang lain. Malam dan siang tidak menjadikan-Nya tua. Terang dan gelap tidak mengubah-Nya.

Tak dapat dikatakan bahwa la mempunyai batas atau ujung, atau akhir atau kesudahan; tidak pula sesuatu mengendalikan-Nya sehingga meninggikan atau merendahkan-Nya, tidak pula sesuatu membawa-Nya sehingga membungkukkan-Nya atau membuat-Nya tetap tegak. la tidak di dalam sesuatu dan tidak pula di luarnya. la menyampaikan kabar, tetapi bukan dengan lidah atau bunyi. la mendengarkan, tetapi bukan dengan lobang telinga atau organ pendengaran. la berkata-kata tetapi tidak dengan mengeluarkan kata-kata. la mengingat tetapi tidak menghapal. la bertekad tetapi tidak dengan menggunakan akal-Nya. la mencintai dan membenarkan tanpa sesuatu perasaan (hati). la membenci dan merasa marah tanpa menderita. Bilamana la hendak menciptakan sesuatu, la berkata, "Jadilah!" maka jadi, tetapi tidak melalui suara yang mengenai (telinga) seruan itu didengar. Bicara-Nya adalah suatu tindakan ciptaan-Nya. Yang serupa dengan-Nya tak pernah ada. Apabila hal itu kekal, ia akan merupakan tuhan yang kedua.

Tak dapat dikatakan bahwa la menjadi ada setelah (dahulunya) la tidak berada, karena apabila demikian maka sifat-sifat sesuatu yang diciptakan akan dipasangkan kepada-Nya dan tak akan ada lagi perbedaan antara mereka dengan Dia, dan la tak akan mempunyai perbedaan dari mereka. Maka Pencipta dan ciptaan akan menjadi sama, dan pemulai dan yang dimulai akan berada pada tingkat yang sama. la menciptakan (seluruh) ciptaan tanpa sesuatu contoh yang dibuat oleh seseorang lain, dan la tidak mendapatkan bantuan dari siapa pun dari ciptaan-Nya untuk menciptakannya.

la menciptakan bumi dan menggantungkannya tanpa kesibukan, menahannya tanpa topangan, membuatnya berdiri tanpa kaki, meninggikannya tanpa tiang, melindunginya dari keadaan membungkuk dan melengkung, dan mempertahankannya dari keambrukan dan keterpecahan (menjadi bagian-bagian). la menetapkan gunung-gunung di atasnya seperti tunggul-tunggul, memadatkan batu-batunya, menyebabkan sungai-sungainya mengalir, dan membuka lembahnya lebar-lebar. Apa saja yang dibuat-Nya tidak bercacat, dan apa saja yang dikuatkan-Nya tidak menunjukkan sesuatu kelemahan.

la mewujudkan Diri-Nya atas bumi dengan wewenang dan kebesaran-Nya. la tahu akan bagian dalamnya melalui pengetahuan dan pengertian-Nya. la mempunyai kekuasaan atas segala sesuatu di bumi karena kemuliaan dan martabat-Nya. Tak ada sesuatu dari bumi yang la mintai akan menentang-Nya, tidak pula ia melawan-Nya sehingga mengalahkan-Nya. Tak ada makhluk yang berkaki cepat dapat melarikan diri dari Dia sampaj mengatasi-Nya. la tidak memerlukan (sesuatu pada) seseorang yang mempunyai supaya ia memberi makan kepada-Nya. Segala sesuatu tunduk kepada-Nya dan merendah di hadapan kebesaran-Nya. Mereka tak dapat melarikan diri dari wewenang-Nya kepada sesuatu lainnya untuk me-luputkan diri dari kebaikan-Nya atau bahaya-Nya. Tak ada kesetaraan bagi-Nya yang dapat menandingi-Nya dan tak ada sesuatu seperti Dia untuk menyamai-Nya.

la akan menghancurkan bumi setelah keberadaannya sehingga semua yang berada di atasnya akan menjadi tak-ada. Tetapi lenyapnya dunia setelah penciptaannya tidaklah lebih aneh dari pembentukan dan pengadaannya yang pertama. Bagaimana mungkin? Sekalipun semua hewan bumi, burung atau hewan buas, ternak yang di kandang atau yang merumput di padang, dari berbagai asal dan jenis, orang bodoh dan manusia arif—semuanya sama-sama bergabung—berusaha untuk menciptakan (sekalipun hanya) seekor nyamuk, mereka tidak akan mampu menjadikannya dan tidak mengetahui bagaimana cara penciptaannya. Pikiran mereka dibingungkan dan takjub. Kekuatan mereka kurang dan gagal, dan kembali dengan kecewa dan letih, mengetahui bahwa mereka dikalahkan dan mengakui ketidakmampuan mereka untuk mengadakannya, juga menyadari bahwa mereka terlalu lemah (sekalipun hanya) untuk menghancurkannya.

Sesungguhnya, setelah lenyapnya dunia, Allah Yang Mahasuci akan tinggal sendirian dengan tiada sesuatu lainnya selain Dia. la akan, setelah lenyapnya dunia, sebagaimana la sebelum dunia diadakan: tanpa waktu atau tempat atau saat atau masa. Pada saat itu masa dan waktu tidak akan berada, dan tahun dan jam akan lenyap. Tak akan ada apa pun selain Allah, Yang Esa, Yang Mahakuasa. Kepada-Nya kembalinya segala urusan. Ciptaan awalnya tidak dalam kuasanya; dan pencegahan atas kemusnahannya (juga) tidak berada dalam kuasanya. Apabila ia mempunyai kemampuan untuk mencegahnya, ia akan berada untuk selama-lamanya. Bilamana la membuat apa saja dari dunia, membuatnya itu tidak menimbulkan sesuatu kesulitan bagi-Nya, dan penciptaan apa pun yang la ciptakan dan la bentuk tidak melelahkan-Nya. la tidak menciptakannya untuk meninggikan wewenang-Nya, tidak pula karena takut akan kehilangan atau kerugian, bukan untuk mencari pertolongannya melawan musuh yang sangat kuat, bukan pula untuk menjaga terhadap sesuatu lawan yang hendak membalas dendam dengan pertolongannya, tidak pula untuk meluaskan wilayah kekuasaan-Nya dengan pertolongannya, tidak untuk menyombongkan (besarnya milik-Nya) terhadap seorang mitra, bukan pula karena la merasa sunyi dan berhasrat mencari teman.

Kemudian, setelah penciptaannya, la akan menghancurkannya, tetapi bukan karena kecemasan telah menguasai-Nya dalam urusan dan pengaturannya, tidak pula demi sesuatu kesenangan yang akan bertambah pada-Nya, tidak pula karena sesuatu keberatan atas-Nya. Panjang usianya tidak meletihkan-Nya sampai mendorong-Nya kepada kehancurannya yang cepat. Tetapi Allah Yang Mahasuci telah memeliharanya dengan ramah, mempertahankannya tetap utuh dengan perintah-Nya dan menyempurnakannya dengan kekuasaan-Nya. Kemudian, setelah kehancurannya, la akan membangkitkannya kembali, tetapi bukan karena sesuatu keperluan-Nya sendiri kepadanya, bukan pula untuk mencari bantuan dari sesuatu darinya terhadapnya, tidak pula untuk mengubah dari kondisi kesepian kepada keadaan berteman, dari kondisi tak-tahu dan kebutaan kepada pengetahuan dan penelitian, tidak dari keadaan papa dan membutuhkan kepada keadaan cukup dan berkelimpahan, tidak pula dari keadaan hina kepada kehormatan dan martabat. •

--------------------------------------------------------------------------------

[1] Artinya, pengertian yang terbentuk dari kata-kata mundzu, qad dan laulâ berlawanan dengan sifat Abadi, Kekal, dan Sempurna. Oleh karena itu, maka penerapannya pada sesuatu membuktikan bahwa hal itu menjadi ada dari tak-ada dan tidak sempurna. Misalnya, mundzu digunakan untuk menunjukkan waktu sebagaimana qad wujida mundzu kadza (hal itu ada sejak ...). Di sini, telah ditetapkan batas waktu, dan setiap yang untuknya dapat digambarkan batas waktunya tak mungkin berada sejak azali dan untuk selama-lamanya. Kata qad (telah) menunjukkan waktu lalu yang langsung. Arti ini juga dapat diterapkan pada suatu hal yang terbatas waktunya. Kata laula digunakan untuk menunjukkan penyang-kalan tentang sesuatu dalam suatu hal lain, seperti ma ahsanahu wa akmalahu laula annahu kadza (alangkah bagus dan sempurnanya apabila ia ...). Oleh karena itu, hal yang untuk itu kata ini digunakan akan memerlukan yang lain-lain dalam kebagusan dan kesempurnaan, dan berkekurangan dalam sendirinya.